Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan nuklir sudah masuk menjadi bagian energi baru terbarukan atau EBT. Menurut dia, kebijakan ihwal pemanfaatan nuklir ini hanya menunggu disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ya sekarang kan sudah (nuklir dikategorikan EBT), sudah selesai pembahasannya, tinggal disahkan saja oleh DPR," kata Handoko saat ditemui Tempo di sela agenda Indonesia Research and Innovation Expo (INARI Expo) 2024 di Cibinong, Jawa Barat, Kamis, 8 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Handoko turut mengomentari pembahasan soal nuklir yang tengah ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Menurut dia, nuklir bukan hal yang baru dari bagian transisi energi. Dia memastikan BRIN akan turut andil dalam pengembangan tenaga nuklir di Indonesia.
"Saya yakin bisa, dan kita menuju ke sana, karena ketahanan energi kita tidak mungkin tercapai tanpa adanya sumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)," ujar Handoko.
Handoko dengan tegas memastikan bahwa nuklir termasuk pada bagian EBT. Dia mencontohkan pada skala global bahwa banyak negara yang sudah mengembangkan maupun memanfaatkan sumber energi ini.
"Nuklir itu kan EBT, di mana pun di dunia ini, nuklir itu kan bagian dari EBT, dan di RUU EBT yang baru itu, semangat ini jelas terlihat juga," ucap Handoko.
Sebelumnya diberitakan, Peneliti BRIN Haryo Seno mengatakan hanya diperlukan pasokan 1,1 kilogram uranium ke pembangkit energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik manusia dari lahir hingga berumur 73 tahun.
Sebagai perbandingannya, kata Haryo, dibutuhkan setidaknya 88 ton batu bara atau 47 ribu kilogram gas bumi atau 65 ribu kilogram minyak untuk mendapatkan jumlah energi yang setara.
"Dengan energi nuklir, masyarakat hanya membutuhkan konsumsi energi sebesar telur ayam seumur hidup. Bayangkan betapa hematnya," ujar pengembang teknologi nuklir di Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir BRIN ini.
Energi nuklir juga diklaim Haryo lebih ramah lingkungan ketimbang industri batu bara dan sejenisnya. Walaupun nuklir masih menghasilkan emisi karbondioksida, menurut Haryo, jumlahnya cenderung lebih kecil ketimbang industri energi yang lain. Bahkan, emisi ini bisa dikurangi jumlahnya melalui jenis PLTN yang dibangun.