Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Langit September Diwarnai Dua Hujan Meteor, Oposisi Jupiter, Ekuinoks

Fenomena langit sepanjang September 2022 diwarnai antara lain oleh dua peristiwa hujan meteor yaitu Aurigid dan Epsilon Perseid. Selain itu ada fenomena oposisi planet Jupiter yang bisa jadi target buruan pengamat dengan teleskop atau fotografer astronomi. "Oposisi Jupiter termasuk istimewa buat yang punya lensa tele agak gede buat memotret," kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, Jumat, 2 September 2022.

3 September 2022 | 18.55 WIB

Sebuah meteor melesat di atas gunung Tvrtkovac selama hujan meteor Perseid terlihat dari Zenica, Bosnia dan Herzegovina, 8 Agustus 2021. Pada puncaknya  akan ada hingga 150 meteor per jam yang bisa diamati. REUTERS/Dado Ruvic
Perbesar
Sebuah meteor melesat di atas gunung Tvrtkovac selama hujan meteor Perseid terlihat dari Zenica, Bosnia dan Herzegovina, 8 Agustus 2021. Pada puncaknya akan ada hingga 150 meteor per jam yang bisa diamati. REUTERS/Dado Ruvic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena langit sepanjang September 2022 diwarnai antara lain oleh dua peristiwa hujan meteor, yaitu Aurigid dan Epsilon Perseid. Selain itu ada fenomena oposisi planet Jupiter yang bisa jadi target buruan pengamat dengan teleskop atau fotografer astronomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Oposisi Jupiter termasuk istimewa buat yang punya lensa tele agak gede buat memotret,” kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, Jumat, 2 September 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hujan meteor Aurigid dari pecahan komet Kiess (C/1911 N1) berlangsung sejak 28 Agustus hingga 5 September 2022. Dari laman komunitas itu, hujan meteor tersebut akan muncul dari rasi bintang Auriga yang terbit dinihari pukul 01.31 WIB. Waktu pengamatan terbaiknya bisa pada pukul 03.00 WIB saat rasi bintang itu sudah lebih tinggi di ufuk timur.

Sementara hujan meteor Epsilon Perseid yang terjadi pada 5-21 September berasal dari debu komet Swift-Tuttle. Pada waktu puncaknya 9 September, ditaksir sekitar lima meteor yang melesat setiap jam.

Muncul dari rasi bintang Perseus yang muncul pada pukul 22.00 WIB, waktu terbaik pengamatannya pada pukul 04.00 WIB di arah timur. “Kalau hujan susah untuk pengamatan, jadi memang bergantung cuaca,” kata Avivah.

Adapun pada 23 September, terjadi ekuinoks atau matahari di atas garis katulistiwa. Fenomena itu menandakan awal musim gugur di belahan bumi utara, sementara di bumi selatan mengalami awal musim semi.

Selanjutnya oposisi atau posisi planet terbesar di tata surya, Jupiter, yang berlawanan dengan matahari terjadi pada 26 September. Jarak Jupiter berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi dan akan tampak sangat terang terlihat di langit malam.

Pengamat bisa menantinya di rasi bintang Sagitarius atau arah timur sejak matahari terbenam hingga fajar. “Jika dilihat dengan teropong, piringan planet Jupiter akan terlihat sedikit lebih besar,” kata Avivah.

Dengan teropong atau kamera lensa jarak jauh, pengamat bisa ikut melihat satelit alami atau bulan yang mengitari Jupiter. Berdasarkan temuan Galileo saat meneropong dengan teleskop pada 1609, ada empat satelit Jupiter yang dinamakan sesuai empat kekasih Dewa Zeus, yaitu Ganymede, Io, Callisto, dan Europa.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus