Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan nanofluida yang mampu meningkatkan produktivitas ekstraksi energi panas bumi menjadi energi listrik. Grup yang menamai diri PKM-RE ini menyatakan konversi listrik dari nanofluida bisa diterapkan pada 13 ribu sumur minyak terbengkalai yang ada di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah seorang anggota tim PKM-RE, Wury Handayani, menyebut nanofluida yang dipakai adalah cairan berbasis air yang mengandung partikel nano inti seng oksida (ZnO). Partikel ini dipilih karena konduktivitas termal yang tinggi, sehingga sangat efektif dalam memindahkan panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Namun, partikel tersebut mudah mengendap, sehingga kami menambahkan dua lapisan titanium dioksida (TiO2) untuk meningkatkan stabilitas nanofluida," katanya, dikutip dari situs resmi ITS pada Jumat, 15 September 2024.
Wury dan tim menggunakan nanofluida untuk siklus rankine organik, proses mengubah energi panas menjadi energi listrik. Air dipanaskan hingga mendidih dan mencapai suhu 100 derajat Celsius untuk menghasilkan uap panas bertekanan tinggi. Uap ini yang nantinya bisa memutar turbin dan menghasilkan listrik.
Pemanasan air biasanya membutuhkan boiler. Namun, kata Wury, penggunaan boiler air pada proyek ini ternyata kurang efektif karena memerlukan energi panas yang tinggi. Adapun nanofluida core-shell ZnO@TiO2 memiliki titik didih yang relatif rendah, yaitu sekitar 25 derajat Celsius, sehingga bisa mempercepat munculnya uap bertekanan tinggi.
"Panas dari perut bumi telah cukup untuk mendidihkan nanofluida ini, kami tidak memerlukan boiler air untuk menghasilkan uap," tutur Wury.
Dalam skala besar, dia meneruskan, inovasi nanofluida bisa diterapkan pada ribuan sumur minyak terbengkalai. Bila berhasil, produksi listrik nasional diproyeksikan bertambah hingga 20 gigawatt (GW). Wury dan rekannya juga mengklaim bahwa inovasi tersebut bisa berkontribusi hingga 29,8 terhadap target peningkatan porsi energi terbarukan.
Bayu Mentari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.