Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Penelitian Fenomena Sinkhole di Sungai Kaliasat Masih Menunggu Musim Hujan, Kenapa?

Beberkan bahaya fenomena sinkhole, tim geolog meminta masyarakat sekitar tak mendekat ke lokasi lubang di Sungai Kaliasat.

10 November 2024 | 07.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi telah mengirim tim untuk memeriksa lubang misterius yang disebut-sebut telah menyedot hingga kering Sungai Kaliasat di Dusun Kaliandong, Desa Dawuhan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tim mendapati lubang memiliki diameter 4-6 meter dengan bagian dalam membentuk ruang yang lebih lebar dengan kedalaman belum diketahui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anggota tim, Abdullah Husna, mengungkap pula keterangan dari warga daerah setempat bahwa sungai tersebut memang kering karena tidak ada hujan. “Berdasarkan penuturan warga, memang sungai itu kalau tidak ada hujan, kering. Jadi bukan air sungainya hilang gara-gara masuk lubang,” kata dia dalam pesan WhatsApp kepada Tempo, Sabtu, 9 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, Husna menyatakan, masih perlu dipastikan kembali apakah sungai akan bisa kembali terbentuk saat musim hujan tiba. “Perlu kajian lebih lanjut," kata Penyelidik Bumi di Pusat Air Tanah Badan Geologi ini sambil menambahkan, "Yang jelas ada celah dan rongga pada lubang itu yang mengalirkan air masuk ke tanah sehingga tidak menggenangi lubang.”

Husna menerangkan, lubang mirip mulut sumur yang ada di Sungai Kaliasat itu adalah fenomena sinkhole atau lubang amblas yang umum terjadi di daerah dengan karakteristik geologi batuan gamping. Jenis batuan tersebut bersifat mudah larut oleh air. "Sehingga batu-batu gamping di bawah tanah cenderung membentuk rongga-rongga."

Husna mengatakan kalau tim telah meminta masyarakat tidak mendekati lubang tersebut. Ibarat beton atau kayu yang bolong-bolong, lama kelamaan, apabila ada tekanan baik dari air atau beban sedimen di atasnya, area di sekitar bisa ambrol.

“Sedimen di atasnya itu rawan ambrol mengikuti dimensi lubang utamanya di bawah. Jadi sebaiknya jangan didekati,” katanya. Polisi saat ini sudah memasang peringatan untuk warga sekitar tidak mendekat.

Terpisah, pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Amien Widodo, memperkirakan lubang itu muncul karena adanya gua bawah tanah yang runtuh. Runtuhnya gua bawah tanah itu kemudian membentuk sinkhole

Menurut dia, gua bawah tanah memang banyak ditemukan di kawasan karst atau daerah yang dibentuk oleh batuan gamping/kapur seperti Blitar. Karst di Blitar juga berada di kawasan tektonik aktif dan tropis dengan banyak hujan. Walhasil, banyak retakan atau patahan pada batu gamping di wilayah ini. 

Salah seorang warga Desa Dawuhan, Didik, mengatakan lubang itu ditemukan oleh tetangganya yang hendak ke ladang setelah hujan lebat pada 31 Oktober lalu. Yang bersangkutan penasaran melihat pergerakan air yang tidak seperti biasanya mengaliri sungai, melainkan masuk ke lubang itu.

"Lalu lapor ke lurah, camat, dan diberi garis polisi. Kalau kedalamannya pernah ada yang bawa meteran 30 meter, itu belum sampai bawah dan arahnya ke mana tidak tahu," kata Didik seperti dikutip dari Antara.

Hanaa Septiana berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus