Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gula pasir atau kristal identik dengan tebu, namun di tangan Listi Sukmawati, mahasiswa Master of Public Health Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), gula juga bisa dibuat dari singkong bahkan menjadi gula rendah kalori.
Dilansir dari laman resmi UGM, melalui serangkaian penelitian, Listi membuat gula berbentuk cair dari singkong. Dibanding dengan gula berbahan tebu, gula buatan Listi yang bernama Glucosweet ini diklaim lebih rendah kalori. Hal itu yang dipandang sebagai keunggulan gula berbahan singkong tersebut.
Listi menuturkan, produk ini dibuat menggunakan singkong sebagai bahan baku utama dan diproses dengan menambahkan enzim alami yang mencapai 100 persen. Dengan tingkat kemanisan dua kali lipat dari gula pasir biasa, penggunaan Glucosweet diharapkan tidak berlebihan sehingga dapat mengurangi asupan gula.
“Kalau pernah mencoba rasanya lezat dan nyaman di tenggorokan, makanya membuat Glucosweet sangat sesuai untuk digunakan di berbagai produk olahan makanan dan minuman,” kata Listi di Kampus UGM, Jumat, 23 Juni 2023 seperti dilansir dari ugm.ac.id.
Melalui karyanya itu, Listi berharap semakin banyak alternatif gula yang lebih sehat untuk konsumen. Dalam artikel yang diterbitkan di laman resmi UGM, tim riset menjelaskan bahwa Glucosweet diproduksi dengan tujuan untuk menjadi pemanis dalam berbagai produk minuman dan makanan. Sebagai gula cair, Glucosweet dapat digunakan sebagai pengganti gula yang berasal dari tebu.
Berawal dari keinginan berbisnis
Sebetulnya Listi telah lama menginginkan membangun usaha. Namun, dia tidak tertarik dengan bisnis sembarang, melainkan dia ingin terlibat dalam bisnis yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
Sejak menempuh pendidikan di program Sarjana Ilmu Keperawatan, FK-KMK UGM, Listi mengakui bahwa dirinya memiliki minat dalam kesehatan masyarakat (public health). Menurutnya, kesehatan masyarakat merupakan sebuah disiplin ilmu yang memiliki manfaat dan dampak yang luas bagi masyarakat. Keyakinan ini juga memotivasi dirinya untuk tekun mengembangkan merek bernama Glucosweet.
Untuk mencapai itu, dia melakukan studi literatur dan berpartisipasi dalam berbagai diskusi tentang gula rendah kalori yang tersedia melimpah di Indonesia. Dengan keinginannya yang kuat, dia akhirnya bertemu dengan teman-temannya yang saat ini menjadi bagian dari timnya.
Bersama-sama, mereka berfokus untuk mengembangkan gula cair yang terbuat dari singkong. Dari sinilah muncul merek yang diberi nama Glucosweet, merek yang diharapkan dapat memberikan pilihan dan manfaat bagi masyarakat terkait dengan makanan dan minuman sehat.
“Tentunya ini memenuhi harapan masyarakat atau konsumen yang merindukan terkait healthy lifestyle yang alami,” katanya.
Listi menjelaskan bahwa produksi gula cair Glucosweet saat ini dilakukan di Banjarnegara oleh perusahaan Sari Tela Utama. Dengan bantuan Djohan Irawan sebagai pimpinan Sari Tela Utama, semua riset dan pengembangan dimulai, dan akhirnya memenuhi semua persyaratan izin, termasuk izin Halal dari LPPOM MUI dan izin Edar dari BPOM RI.
Akhirnya, Glucosweet dapat secara bebas dijual di pasaran. Melalui implementasi produk ini, Listi sebagai penggagas merasakan manfaat dari kemitraan strategis antara Sari Tela Utama dan Glucosweet, yang merupakan contoh nyata kolaborasi antara kelompok masyarakat dan akademisi.
Saat ini, Listi bersama dengan dua temannya, Ghilman Nafadza Hakim dan Nico Martha, yang juga merupakan alumni UGM terus berusaha untuk mengembangkan tim Glucosweet agar dapat bersaing di dunia pasar. “Kita dari Glucosweet gencar terus mengikuti berbagai ajang pameran dan business matching di dalam maupun luar negeri. Semua ini dengan harapan dapat memperluas cakupan pasar dari Glucosweet ,” tutur Listi.
Pilihan Editor: 6 Manfaat Mengurangi Asupan Gula bagi Kesehatan Tubuh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini