Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menguak Efek Obat Stimulan pada Otak

Para peneliti mencoba mengetahui cara kerja obat stimulan methylphenidate.

21 Februari 2020 | 00.00 WIB

Menguak Efek Obat Stimulan pada Otak
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik. Akibatnya, aktivitas berlangsung tak lazim dan cenderung berlebihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Hal ini ditandai oleh berbagai keluhan perasaan gelisah, tak bisa diam, atau tak bisa duduk dengan tenang. Keluhan lain yang juga dialami antara lain emosi meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat kegaduhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Biasanya, pasien diberi obat stimulan methylphenidate. Namun bagaimana cara kerja obat ini masih misteri. Para peneliti di Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST), Jepang, mencoba memahami bagaimana otak merespons.

Para peneliti meyakini methylphenidate membantu penderita ADHD mempertahankan fokus dengan mempengaruhi ketersediaan dopamin, yakni senyawa alami tubuh yang memiliki peran penting pada proses pengiriman sinyal di dalam otak.

Karena itu, para peneliti mulai meneliti bagaimana obat tersebut mempengaruhi daerah otak yang disebut ventral striatum, area yang memainkan peran penting dalam suasana hati, pembelajaran, dan kecanduan. Terdapat banyak dopamin pada bagian ini.

"Kami ingin melihat efek methylphenidate pada ventral striatum terhadap isyarat," kata Emi Furukawa, peneliti di Unit Neurobiologi Perkembangan Manusia OIST. Hasil studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Neuropharmacology, akhir bulan lalu.

Penelitian yang dilakukan bersama para ilmuwan di D’Or Institute for Research and Education (IDOR) di Rio de Janeiro, Brasil, ini merekrut relawan berusia 22-34 tahun yang memiliki ADHD dan tanpa ADHD dari Brasil.

Para peserta dibagi dalam dua kelompok. Mereka dengan ADHD ditempatkan dalam satu kelompok, sedangkan peserta tanpa ADHD menjadi kontrol.

Menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI), para peneliti memeriksa aktivitas otak pada semua peserta saat mereka memainkan game komputer yang disimulasikan oleh mesin slot dengan dua simbol.

Peserta dengan ADHD diberi obat dan plasebo. Hasilnya, aktivitas neuronal di ventral striatum meningkat sebagai respons terhadap isyarat rangsangan dibandingkan dengan isyarat non-rangsangan ketika peserta diberi obat methylphenidate.

Namun, ketika peserta diberi plasebo, pada reaksi yang sama terjadi aktivitas neuron. Artinya, obat ini memungkinkan orang dengan ADHD untuk membedakan antara isyarat rangsangan dan non-rangsangan.

"Menjadi jelas bagi kita bahwa mekanisme yang digunakan methylphenidate untuk memodulasi respons rangsangan sangat kompleks," kata Furukawa.

Dalam studi ini, para peneliti juga mengamati hubungan antara aktivitas neuronal di striatum dan medial prefrontal cortex, wilayah di otak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan berkomunikasi dengan area otak lainnya. Hasilnya, mereka menemukan aktivitas neuronal di striatum memiliki korelasi lebih kuat dengan aktivitas di medial prefrontal cortex, ketika partisipan menggunakan plasebo dibandingkan dengan mereka yang memakai methylphenidate.

Ini menunjukkan ada komunikasi aktif antara striatum dan medial prefrontal cortex pada penderita ADHD. Menurut para peneliti, methylphenidate meningkatkan kadar norepinefrin, suatu neurotransmitter yang dilepaskan oleh neuron di korteks prefrontal dan pada gilirannya mengatur kadar dopamin di striatum ketika rangsangan diberikan.

Para peneliti berpendapat bahwa efek obat ADHD pada respons otak terhadap rangsangan itu sangat kompleks. Karena itu, penelitian lebih lanjut akan membantu untuk lebih memahami mekanisme yang digunakan oleh methylphenidate di otak.

"Dengan mengetahui fungsi methylphenidate ini dapat mengarahkan para peneliti untuk mengembangkan terapi lebih baik dan lebih bertarget untuk mengobati ADHD," ujar Furukawa. SCIENCE DAILY | MEDICAL NEWS BULLETIN | AFRILIA SURYANIS


Menguak Efek Obat Stimulan pada Otak

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus