Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada varian yang dominan di satu gen di antara anak-anak penderita bibir sumbing atau celah orofasial (Cleft Lip and Palate, CLP) di Surabaya. Gen itu adalah CDH1 yang variannya lebih dominan dibandingkan pada mutasi pada dua gen lainnya yang juga umum ditemukan dalam kasus bibir sumbing, yakni IRF6 dan TGFβ3.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Temuan ini diungkap dalam disertasi Regina Purnama Dewi Iskandar dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Regina menjalani Ujian Sidang Doktor Terbuka untuk disertasinya itu pada Senin, 22 Mei 2023. Dalam sidang itu, para penyanggah menganggap temuannya mendukung deteksi dan pencegahan dini kasus bibir sumbing ke depannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dikutip dari disertasinya, Regina menjelaskan bibir sumbing merupakan anomali pertumbuhkembangan yang terjadi saat proses kehamilan, akibat kegagalan fusi dari struktur bibir dan palatum. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti mengenai etiologi CLP, walaupun telah banyak dilakukan penelitiannya, karena sifatnya yang multifaktorial. Termasuk karena banyak gen yang terlibat pada kejadiannya.
Dalam penelitiannya, Regina mendapati pasien CLP di Surabaya membuktikan profil gen IRF6, TGFβ3, dan CDH1 yang berbeda dari mereka yang ada di kelompok kontrol atau non-CLP. Adapun variasi genetik yang dominan pada penderita CLP di kota itu adalah mutasi pada gen CDH1 (p.Val188Phe).
Pada variasi tersebut terjadi perubahan asam amino Valin menjadi Phenilalanin pada posisi 188 dari gen CDH1. "Menyebabkan perubahan struktur protein Ecadherin sehingga terjadi kegagalan proses Epithelial-Mesenchymal Transition (EMT) saat palatogenesis selama masa kehamilan," kata Regina.
Regina Purnama Dewi Iskandar dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, usai Ujian Sidang Doktor Terbuka, Senin 22 Mei 2023. Regina meneliti variasi genetik di balik kasus bibir sumbing. (Foto/Istimewa)
Regina meneliti populasi penderita bibir sumbing yang terdaftar di Yayasan Cleft Lip and Palate Centre Surabaya. Kriteria usia penderita lebih dari 7 tahun dan tidak menderita kelainan sistemik. Sedangkan populasi kontrol adalah orang yang tidak menderita CLP, dan tidak didapatkan riwayat keluarga yang menderita kelainan ini hingga tiga generasi sebelumnya.
Dalam sidang, Regina juga mengungkap adanya kontribusi faktor lingkungan yang bisa menyebabkan mutasi gen (epigenetik) penyebab bibir sumbing yang diwariskan orang tua kepada anaknya. Faktor lingkungan itu terutama polusi udara dari pertambangan, kendaraan bermotor, dan asap rokok yang disebutnya berisiko meningkatkan kasus CLP.
"Polusi air kemungkinan bisa menyebabkan, namun baru sedikit penelitian di Indonesia,” kata Penerima Beasiswa Kemendikbud Program Menuju Doktor Sarjana Utama Batch III tersebut.
Pilihan Editor: Aplikasi ChatGPT Sudah Tersedian untuk iOS, Resmi dan Gratis