Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Nadiem Ingin Sekolah Swasta Terjemahkan Aturan Secara Kreatif

Mendikbud Nadiem Makarim akan melakukan deregulasi sehingga memungkinkan sekolah termasuk sekolah swasta melakukan kreativitas

11 Desember 2019 | 07.18 WIB

Mendikbud Nadiem Makarim beserta peserta peringatan Hari SUmpah Pemuda di Jakarta, 28 Oktober 2019. (Humas Kemendikbud)
Perbesar
Mendikbud Nadiem Makarim beserta peserta peringatan Hari SUmpah Pemuda di Jakarta, 28 Oktober 2019. (Humas Kemendikbud)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam waktu dekat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan deregulasi sehingga memungkinkan sekolah termasuk sekolah swasta melakukan kreativitas seperti diinginkan Menteri Nadiem Makarim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Mendikbud Nadiem Makarim sangat tertarik bagaimana sekolah swasta menerjemahkan aturan yang ada dengan cara-cara yang kreatif," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikbud, Totok Suprayitno, di Jakarta, Selasa, 10 Desember 2019.

"Kami harap proses deregulasi ini bisa berjalan dengan baik, sehingga dapat mewujudkan kemerdekaan dalam belajar," kata Totok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Totok Suprayitno mengatakan sekolah swasta masih sangat dibutuhkan dalam memberikan layanan akses pendidikan kepada masyarakat.

"Sekolah swasta memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi pendidikan Indonesia," ujar Totok dalam sebuah diskusi pendidikan.

Meski demikian, Totok tidak menampik mutu pendidikan yang beragam di sekolah swasta. Ada yang bagus, namun banyak juga yang kurang bagus.

Maka kebijakan yang harus ditempuh, kata dia, adalah sekolah swasta yang bagus memberikan inspirasi pada sekolah swasta yang mutunya masih kurang bagus.

"Kami menganggap ini harus jadi perhatian, karena tidak ada anak bangsa swasta atau negeri. Semuanya anak bangsa, cuma sekolahnya saja yang kebetulan swasta atau negeri," kata dia.

Totok memandang sekolah swasta memiliki keleluasaan dalam berpikir atau kemerdekaan berpikir dalam menerjemahkan regulasi. Jika tidak ada keleluasaan tersebut, maka tidak mungkin ada sekolah alam atau sekolah lainnya.

Kondisi itu akan sulit diterapkan di sekolah negeri, yang taat pada aturan dan cenderung kurang berani dalam melakukan kreativitas.

"Kenapa sekolah yang dipersepsikan melanggar, cenderung lebih baik. Bukan karena melanggar aturan, tapi harus dibalik melanggar ada kreativitas, inovasi dalam proses belajar, dan kita banyak belajar dari sekolah swasta," kata dia.

Totok juga mengakui bahwa selama ini, masih banyak regulasi yang membelenggu kreativitas. Untuk itu ia mengajak sekolah untuk berani belajar kepada sekolah yang dipersepsikan melanggar, padahal itu kreativitas.

Dunia pendidikan, lanjut Totok, adalah kreativitas dan kreativitas tidak bisa dilakukan melalui proses regulasi.  

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus