Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Obat Anti-Impotensi

12 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI dia obat anti-impotensi pesaing Viagra (sildenafil) yang diberi nama Befar. Obat ini diproduksi perusahaan bioteknologi NexMed, New Jersey, AS, dengan bahan aktif Alprox-TD. Dilansir pekan lalu, pihak produsen menjanjikan bahwa Befar lebih mampu meningkatkan keperkasaan pria di tempat tidur dibandingkan dengan obat lain—termasuk Viagra. Caranya? Dengan menyuntikkannya ke penis dan langsung on dalam hitungan menit. Bandingkan dengan Viagra, yang mesti ditelan sekitar satu jam sebelum aktivitas seksual. NexMed mengklaim, 83 persen pria loyo yang dijadikan sampel dalam uji klinis menyatakan puas dengan obat tersebut. Kornea Palsu yang Mirip Asli

PENDERITA kebutaan kini bisa memiliki kornea yang luwes digerakkan sesuka hati laiknya bola mata orang normal. Bahkan kornea ini disebut-sebut dapat melahirkan harapan baru bagi si buta untuk melihat kembali suatu ketika kelak. Bagian pinggir kornea palsu ini lunak, mirip spons, dan menyerap air, sehingga jaringan mata bisa tumbuh di dalamnya.

Berita baik ini datang dari Institut Mata Lions, Australia, setelah mereka menciptakan sejenis kornea buatan yang amat fleksibel dari bahan kombinasi plastik lunak. Organ buatan ini bisa menjadi alternatif bagi mereka yang matanya menolak pencangkokan dari donor. Pekan lalu, Dr. Celia Hicks, salah satu peneliti, menyatakan temuan itu sudah diujicobakan pada 41 pasien. Hasilnya, 80 persen menuai sukses. Tentu, bagi sekitar 10 juta penderita kebutaan di seluruh dunia—100 ribu di antaranya menjalani cangkok kornea per tahun—temuan ini layak dicoba. Sosis Bali Tahan Lama

ORANG Bali akrab dengan sosis urutan. Tapi, di luar Bali, siapa yang mengenalnya? Sosis khas Pulau Dewata itu memang tidak memungkinkan untuk dipasarkan keluar karena cepat basi. Maklum, teknik peng-awetan yang diterapkan se-lama ini benar-benar bergantung pada bahan-bahan alami. Kini, Joko Hermanianto dan dua peneliti lain dari Institut Pertanian Bogor telah menemukan teknologi fermentasi untuk mengawetkan urutan. Caranya adalah dengan menambahkan bakteri asam laktat dan ragi buatan pada sosis dari daging sapi itu. Inilah rekayasa bioteknologi yang membuka jalan untuk industri massal sosis tradisional Bali. Siapa tahu kelak orang di luar Bali pun bisa merasakan gurihnya urutan.

Pencicip Buah Elektronik

DURIAN yang menguning di dahan pohon jangan disangka pasti matang. Durian itu bisa menipu penglihatan. Makanya, petani selalu memetik satu-dua buah untuk melihat isinya. Tapi memanjat pohon untuk mengetahui kematangan buah durian tidak diperlukan lagi jika teknologi gelombang ultrasonik bikinan I Wayan Sudiarta dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor sudah diterapkan. Kreasi Wayan ini punya kelebihan: tidak merusak buah.

Alatnya sederhana, berupa perangkat pengirim gelombang ultrasonik ke pohon. Setelah merambat di balik rerimbunan buah durian, pantulan gelombang itu ditangkap kembali oleh se-buah perangkat penerima. Hasilnya, kadar gula dan kekerasan buah, dua penentu tingkat kematangan durian, diketahui. Petani tak perlu memanjat dan tak usah mencicip. Buah pun tak harus dipetik sebelum matang.

Dwi Wiyana, Tomi Lebang (Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi,

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum