Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Maksum Radji, menegaskan bahwa penggunaan dexamethasone sebagai obat Covid-19 masih menunggu hasil penelitian lebih lanjut. Menurut Maksum, sebagian dokter masih khawatir penggunaan jenis steroid tersebut justru memperburuk kinerja sistem kekebalan tubuh terhadap serangan virus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Karena hasil penelitian ini belum dipublikasi pada jurnal ilmiah yang direview oleh para peer reviewers untuk menilai keabsahannya. Sehingga masih diperlukan uji klinik yang lebih lanjut,’’ ujarnya dalam keterangan yang dibagikan, Senin 22 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebelumnya, obat tersebut diuji oleh tim peneliti dari Oxford University, Inggris. Hasil uji skala besar itu menunjukkan bahwa obat ini mampu mengurangi sampai 30 persen risiko kematian pasien bergejala parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyambut baik hasil temuan terhadap obat yang selama ini tersedia luas dan harganya murah itu.
Yang perlu dicermati, kata Maksum, dexamethasone bukanlah obat antiviral. Itu sebabnya, menurut dia, jika obat itu akan digunakan untuk pasien Covid-19 perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. "Misalnya dengan cara mengkombinasikan dengan obat antiviral yang mampu menghambat perkembangbiakan virus corona," kata Maksum.
Di samping obat ini tidak bermanfaat untuk kasus Covid-19 ringan dan sedang atau yang tidak dirawat di rumah sakit, serta tidak bisa digunakan untuk pencegahan. Deksametason yang digunakan tanpa indikasi medis dan resep dokter yang digunakan jangka panjang dapat mengakibatkan efek samping menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan tekanan darah, diabetes, moon face, serta efek samping lainnya yang berbahaya.
Maksum juga menuturkan penggunaan obat dexamethasone ditujukan untuk mengimbangi badai sitokin, yang umumnya muncul pada pasien Covid-19 dalam kondisi berat. “Badai sitokin menyebabkan kelainan paru-paru dan memicu sindrom gangguan pernafasan akut atau Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) pada pasien Covid-19,” kata dia.
Saat ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengimbau agar masyarakat tidak membeli maupun menggunakan obat dexamethasone tanpa resep dokter. Di sisi lain, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga belum memberikan ijin terkait penggunaan obat ini untuk Covid-19.