Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Peneliti Dorong Pengembangan Biofuel Tak Berbasis Pangan

Apabila bahan baku biofuel diambil dari komoditas pangan, maka harganya lebih berfluktuasi

22 September 2022 | 18.46 WIB

Pabrik pengolahan biji nyamplung yang tidak beroperasi lagi di Kota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pabrik ini dibangun atas bantuan Kementerian ESDM pada 2010-2011 untuk mendukung Program Desa Mandiri Energi (DME). (Antara/Suriani Mappong)
Perbesar
Pabrik pengolahan biji nyamplung yang tidak beroperasi lagi di Kota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pabrik ini dibangun atas bantuan Kementerian ESDM pada 2010-2011 untuk mendukung Program Desa Mandiri Energi (DME). (Antara/Suriani Mappong)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia perlu melakukan diversifikasi bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel dengan memilih bahan baku yang tidak bersinggungan dengan pangan supaya harga BBN lebih stabil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Manajer Riset dan Pengembangan Koaksi Indonesia Azis Kurniawan dalam diskusi bertajuk Dinamika Diskursus Bahan Bakar Nabati yang dipantau di Jakarta, Kamis, 22 September 2022, menyebutkan pihaknya tidak ingin para ibu rumah tangga antre mendapatkan minyak goreng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita tidak mau terulang emak-emak mengantre, beratus-ratus orang antre mendapatkan minyak goreng, pasti kita tidak mau ini terulang. Sedikit banyak biodiesel ambil bagian dalam proses itu," ujarnya.

Aziz menuturkan bahan bakar nabati jangan hanya berasal dari kelapa sawit, tetapi juga tanaman-tanaman lain yang non-edible dan tidak berkompetisi dengan pangan, seperti jarak dan nyamplung.

Apabila bahan baku biofuel diambil dari komoditas pangan, maka harganya lebih berfluktuasi mengikuti harga pangan dan kondisi geopolitik global.

Meski bahan bakar nabati meski tergolong energi terbarukan, namun dari sisi harga berbeda dengan jenis energi terbarukan lainnya, seperti surya, angin, dan air.

Harga panel surya, kincir angin, maupun pembuatan pembangkit listrik tenaga air cenderung menurun atau mirip dalam waktu beberapa tahun terakhir. Sedangkan, bahan baku biofuel yang bisa dikonsumsi manusia cenderung mengalami peningkatan harga.

Bila mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, maka diversifikasi mendapatkan penekanan khusus dengan mengacu kepada potensi daerah dan kondisi geografis.

"Biofuel fluktuatif, jadi harganya mengikuti harga pangan. Ini akibat berkompetisi, secara harganya lebih mengikuti harga pangan. Jadi, kita mendorong pengembangan biofuel yang tidak berbasis pangan, seperti jarak, nyamplung pasti punya harga yang cenderung stabil," terang Aziz.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.



close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus