Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tim ITB menciptakan alat bernama Dental Indonesia
Prinsip utama alatnya adalah menyedot, menyaring dan mensterilkan udara.
Berfungsi memberi perlindungan tambahan bagi dokter gigi di masa pandemi
PANDEMI Covid-19 membuat banyak dokter gigi terpaksa menutup ruang praktiknya. Mereka takut tertular virus yang bisa terbawa oleh aerosol, yaitu partikel padat atau cair berukuran kecil yang bisa melayang di udara. Potensi itu bisa muncul dari pasien yang membuka mulutnya ketika pemeriksaan gigi atau tindakan lain.
Untuk menjawab masalah ini, tim dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB) sejak Mei 2020 mengembangkan alat yang diberi nama Dent-In, singkatan dari Dental Indonesia. "Kami melibatkan dosen dan alumni dari berbagai keahlian untuk inovasi ini, seperti desain mekanik, struktur, aerodinamika pesawat, biomekanik, dan akustik," kata Dekan FTMD ITB Tatacipta Dirgantara, Jumat, 4 Juni lalu.
Tim dari ITB ini dipimpin oleh Satrio Wicaksono. Angotanya Pramudita Satria Palar, Luqman Fathurohim, Ferryanto, Arif Sugiharto, Djoko Suharto, Andi Isra Mahyuddin, Tatacipta Dirgantara, Sandro Mihradi, Nandy Achmad Fauzy, Fikri Sobari Tahmidi, dan Ricky Indra Gunawan. Mereka berkolaborasi dengan seorang dokter gigi di Bandung yang juga peneliti, Harry Huiz Peeters.
Alat yang sudah diajukan hak patennya itu tergolong jenis extraoral aerosol suction. Cara kerjanya sederhana, yaitu alat ini akan mengisap aerosol, kemudian mensterilkannya sehingga keluar dalam bentuk udara bersih dan aman. Kelebihan alat ini dibanding produk serupa yang diimpor adalah pada komponen tambahan berupa tudung transparan dari bahan akrilik.
Menurut Harry, tudung itu berfungsi sebagai pelindung tambahan bagi dokter gigi ketika menangani pasien. "Kan, enggak mungkin dokter gigi harus jaga jarak. Kalau pakai alat pelindung diri, itu sudah pasti," ujarnya, Senin, 7 Juni lalu. Fungsi lain dari tudung itu adalah melokalkan aerosol agar tidak menyebar.
Sesuai dengan pedoman Persatuan Dokter Gigi Indonesia, kata Harry, dokter diharapkan bekerja di ruangan bertekanan udara negatif. Kendalanya, butuh biaya besar untuk membuat ruangan berukuran 4 x 4 meter. Tudung itu berfungsi sebagai ruang isolasi kecil yang menggunakan tekanan udara negatif.
Harry menambahkan, ruangan 4 x 4 meter dengan tekanan negatif itu lazim dipakai di kamar rumah sakit bagi pasien infeksi yang penularannya bisa lewat udara. Fungsinya adalah mencegah udara dari dalam ruang isolasi yang mengandung kuman penyebab infeksi keluar dan berbaur dengan udara di luar ruangan. "Tudung ini enggak 100 persen, tapi melindungi secara parsial banyak dokter gigi," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biaya riset dan pengembangan Dent-In berasal dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 sebesar Rp 150 juta. Menurut Satrio, alat ini dibuat dari komponen yang tersedia di pasar, seperti penyaring HEPA (high-efficiency particulate air) H14 yang sanggup menyaring udara hingga berukuran 0,3 mikron dengan efektivitas 99,99 persen. Sterilisasi udara memakai lampu ultraviolet.
Pengembangan lain oleh tim adalah mengurangi suara dengung dari motor perangkat. "Terkait dengan bising (noise), dari yang awalnya 79 dB (desibel) berhasil kami turunkan menjadi 70 dB," kata Satrio, Senin, 7 Juni lalu.
Harga pembuatan purwarupa Dent-In berkisar Rp 15-18 juta dan bisa lebih murah kalau diproduksi secara massal. "Target harganya diharapkan mirip dengan alat sejenis yang sudah beredar di pasar, sekitar Rp 12-13 juta," kata Satrio. Selain beberapa orang sudah ada yang berminat, tim menjajaki kerja sama dengan perusahaan swasta.
Harry mengatakan Dent-In tidak hanya bisa dimanfaatkan selama masa pandemi. Sebelum masa pandemi Covid-19, penanganan beberapa penyakit pasien yang sempat membuat cemas dokter gigi, seperti tuberkulosis dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), juga bisa menggunakan alat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo