Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Stockholm - Nobel Fisika 2017 berhasil diraih oleh tiga ilmuwan penemu gelombang gravitasi Albert Einstein. Ketiganya, yaitu Rainer Weiss, Barry C. Barish, dan Kip S. Thorne--tergabung dalam tim Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Gelombang, yang diprediksi oleh Albert Einstein seratus tahun yang lalu itu, berasal dari tabrakan antara dua lubang hitam. Gelombang tersebut berasal dari jarak 1,3 miliar tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sinyal itu sangat lemah saat mencapai Bumi, namun sudah menjanjikan sebuah revolusi astrofisika. Gelombang gravitasi adalah cara baru untuk mengamati peristiwa yang terjadi di luar angkasa dan menguji batas pengetahuan kita.
LIGO, the Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory, adalah sebuah proyek kolaborasi yang melibatkan seribu peneliti dari lebih dari dua puluh negara. Ketiganyalah yang merintis pendirian LIGO pada 1994.
"Ketiganya berhak mendapatkah hadiah uang sebesar US$ 1,1 juta, atau senilai dengan Rp 14,9 miliar," tulis Royal Swedish Academy of Sciences dalam keterangan resmi. Rainer Weiss, yang dianggap sebagai pencetus ide inferemeter berbasis laser mendapatkan hak setengah hadiah. Sedangkan Barish dan Thorne masing-masing meraih seperempat bagian hadiah.
Pada pertengahan 1970-an, Rainer Weiss telah menganalisis kemungkinan sumber kebisingan latar belakang yang akan mengganggu pengukuran. Ia kemudian merancang detektor interferometer berbasis laser yang akan mengatasi kebisingan ini.
Sejak awal, Kip Thorne dan Rainer Weiss sangat yakin bahwa gelombang gravitasi dapat dideteksi dan membawa sebuah revolusi dalam pengetahuan kita tentang alam semesta. Gelombang gravitasi menyebar pada kecepatan cahaya, memenuhi alam semesta, sebagaimana yang digambarkan Albert Einstein pada teori relativitas. Namun, Einstein tidak yakin bahwa fenomena ini dapat diukur.
Meski begitu, proyek LIGO sampai pada pencapaiannya ketika berhasil menggunakan sepasang interferometer laser raksasa untuk mengukur ribuan kali perubahan lebih kecil dari inti atom, saat gelombang gravitasi melewati bumi. Sejauh ini semua jenis radiasi elektromagnetik dan partikel, seperti sinar kosmik atau neutrino, telah digunakan untuk mengeksplorasi alam semesta. Namun, gelombang gravitasi adalah kesaksian langsung terhadap gangguan dalam ruang-waktu itu sendiri.
Simak artikel menarik lainnya tentang Nobel Fisika 2017 dan gelombang gravitasi hanya di kanal Tekno Tempo.co.
ZUL’AINI FI’ID N. | AMB