Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENDATAAN ternak sapi komprehensif membantu para peternak mengelola informasi tentang hewan-hewan yang dimiliki. Tim Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara, mengembangkan aplikasi Sistem Pengembangan Peternakan dan Kesehatan Hewan Terpadu (Sipedet) untuk merekam data kawanan sapi yang bisa diakses secara langsung.
Dosen Fakultas Peternakan UGM, Galuh Adi Insani, mengatakan Sipedet mempermudah perekaman data, yang selama ini ditulis di kertas. Aplikasi ini juga menjadi solusi mengatasi masalah pendataan manual berupa lamanya rekapitulasi. “Apalagi dulu, begitu sampai di dinas, datanya juga harus diolah lagi,” kata Galuh pada Senin, 4 November lalu.
Tim UGM dan Pemerintah Kabupaten Tana Tidung bekerja sama mengembangkan Sipedet sejak dua tahun lalu. Melalui aplikasi tersebut, peternak dapat menyimpan data kondisi, kesehatan, dan distribusi ternak. Menurut Galuh, aplikasi ini juga cocok dipakai mendata kelompok ternak yang lokasinya tersebar dan berjauhan. “Perekaman manual terhambat masalah geografis dan tidak real-time,” ujar Galuh.
Aplikasi Sipedet dapat diakses melalui komputer dan telepon seluler tanpa harus membuka peramban karena telah didukung fitur progressive web app. Aplikasi ini sementara baru tersedia di Google Play Store. Galuh menerangkan, hal ini disesuaikan dengan kondisi peternak yang kebanyakan memakai ponsel dengan sistem operasi Android.
Tim UGM sebelumnya mengembangkan aplikasi serupa di Aceh dan Jawa Tengah. Peternak atau pemilik ternak bisa langsung memasukkan data ke sistem yang dapat diakses pengawas dari pemerintah daerah. Data yang sudah lengkap bisa segera digunakan untuk menentukan peringkat ternak. Galuh mengatakan hal itu membuat posisi ternak terbaik bisa langsung terpantau.
Data ternak yang dimasukkan antara lain umur, bobot, dan kondisi kesehatan serta silsilah ternak. Data silsilah ternak terkait dengan metode inseminasi yang dilakukan peternak. Dalam teknik pembuahan buatan ini, para peternak menggunakan sperma khusus yang memiliki kode. Mereka tinggal memasukkan kode tersebut ke sistem Sipedet sebelum melakukan inseminasi.
Petugas inseminasi bisa mengetahui kondisi ternak dan kapan waktu inseminasi diselesaikan. Jika pembuahan buatan itu gagal, sistem memunculkan proyeksi waktu pengulangan proses yang tepat. “Kalau inseminasi berhasil, sistem juga otomatis merilis notifikasi kapan untuk pemeriksaan kebuntingan,” tutur Galuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo