Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Perjalanan Pilu Induk Paus Orca

Induk paus orca itu terus-menerus mengikuti jasad anaknya kemana pun ia terombang-ambing.

1 Agustus 2018 | 13.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Induk Orca, yang dikenal sebagai J-35, mendorong anaknya yang mati ke permukaan minggu lalu di lepas pantai Victoria, British Columbia, Kanada. Kredit: Michael Weiss / Center for Whale Research via AP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, British Columbia - Sekitar tanggal 25 Juli 2018 lalu, terlihat anak paus yang berenang bersama ibunya di lepas pantai southwestern Kanada. Itu pemandangan yang langka bagi orang yang belum pernah melihat bayi paus orca yang sehat selama bertahun-tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Saat para ahli dari Pusat Penelitian Ikan Paus (Center for Whale Research) tiba di lokasi, hanya setengah jam kemudian, bayi paus berumur tidak lebih dari seminggu itu sudah mati.

Sejak anaknya meninggal, hal yang tak wajar terjadi. Induk paus orca itu terus-menerus mengikuti jasad anaknya kemana pun ia terombang-ambing. Kadang menyenggol tubuh anaknya itu dengan hidungnya, kadang menyelam sebentar untuk menarik anaknya ketika lepas dari cengkeramannya.

Induk paus itu diamati telah membawa tubuh anaknya selama tujuh hari sepanjang ratusan kilometer. “Itu adalah perjalanan kesedihan yang sangat tragis,” ujar Ken Balcomb, pendiri Center for Whale Research, sebagaimana dikutip NPR, 31 Juli 2018.

Sebagai bagian dari Survei Orca, Balcomb dan rekan-rekannya telah menghabiskan 42 tahun untuk mengidentifikasi dan memantau setiap populasi paus pembunuh orca. Dalam pengidentifikasiannya, J-35 adalah nama yang digunakan untuk menandai ibu paus yang sedang berkabung itu.

“Dia adalah ikan paus yang normal dan menyenangkan. Dia berusia 20 tahun dan memiliki seorang putra berusia 8 tahun,” ujar Jenny Atkinson, Direktur Eksekutif dari Museum Paus.

Atkinson menyebut bahwa sebelumnya J-35 atau yang sering dipanggil Tahlequah memiliki anak yang menjadi kakak bagi bayi perempuannya yang mati.

Atkinson mengatakan bahwa tidak jarang orca itu membawa bayinya yang mati selama beberapa jam, bahkan seharian. Balcomb melaporkan adanya orca yang melakukan hal tersebut selama seminggu pada 1960-an. Namun, tidak ada lagi kejadian membawa bayi mati sampai kurun waktu satu minggu selama puluhan tahun.

“Saya melihat bahwa dia (J-35) cukup menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat salah, bahwa bayinya tidak berperilaku seperti seharusnya, dan dia sangat menderita dengan hal tersebut dan meningkat ke level kesedihan,” ujar antropologis Barbaba J. King.

Terdaftar sebagai spesies yang terancam punah selama lebih dari satu dekade, paus pembunuh tersebut tidak memiliki kehamilan yang sukses dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut ditelusuri dengan berkurangnya sumber makanan mereka, yaitu Salmon Chinook yang juga masuk ke dalam spesies yang terancam punah.

NATIONAL PUBLIC RADIO | THE GUARDIAN | FARAH DIBAJ

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus