Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanpa perlu dibekukan, produk pangan bisa disimpan lebih lama dan kesegarannya tetap terjaga.
Kontaminasi mikroorganisme dan proses pembusukan kerap menjadi masalah dalam proses penyimpanan sayuran, buah, dan ikan. Tim Universitas Diponegoro, Semarang, membuat perangkat pembersih bahan pangan itu dengan memanfaatkan teknologi plasma ozon.
Menurut Muhammad Nur, dosen dari Departemen Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, ozon yang terlarut dalam air bisa mematikan mikroorganisme, bakteri, dan jamur yang ada pada sayuran dan buah. Produk itu bisa disimpan lebih lama dengan kondisi kesegaran yang terjaga. ”Pertumbuhan enzim pembusuk dihambat karena bakterinya mati,” kata Nur, yang juga Ketua Center for Plasma Research (CPR) Universitas Diponegoro, Kamis pekan lalu.
Riset ini dikembangkan sejak 12 tahun lalu dengan membuat alat penghasil ozon, Dielectric Barrier Discharge Plasma. Pada 2012, mereka mendapatkan efisiensi produksi yang sangat tinggi dengan menghasilkan ozon hingga 300 gram per kilowatt-jam. Ozon dalam jumlah besar bisa dilarutkan dalam air. ”Awalnya ozon yang dibangkitkan hanya 3 gram,” ujar Nur, yang juga doktor di bidang fisika nuklir dan plasma.
Dalam fisika, plasma adalah wujud materi selain padat, cair, dan gas. Merupakan kumpulan partikel bermuatan dari atom yang terionisasi. Keberadaannya pertama kali dijabarkan oleh ahli kimia Irving Langmuir pada 1920-an. Plasma sangat dominan di alam semesta, antara lain dalam cahaya matahari, kilat, aurora, dan lapisan ionosfer.
Bermitra dengan PT Dipo Technology, CPR mengembangkan alat yang dinamai D’Ozone untuk membersihkan sayuran dan buah dari kontaminan pemicu pembusukan dan pestisida. Teknologi plasma ozon ini sudah digunakan oleh industri pertanian di sejumlah daerah, seperti Pati dan Brebes, Jawa Tengah; serta Sukabumi, Jawa Barat.
Selain mengembangkan D’Ozone, mereka memperkenalkan Box O’Fish dan Mini Storage bermerek Seazone pada September lalu. Dipasang pertama kali di Sulawesi Tenggara, teknologi ini membantu para nelayan memperpanjang masa simpan ikan tangkapan hingga 15 hari tanpa perlu dibekukan. Sementara itu, jika disimpan dalam campuran es batu, ikan hanya bertahan tiga hari.
Bakteri pemicu pembusukan banyak terdapat di bagian mulut ikan. Mikroorganisme itu langsung mati ketika ikan direndam dalam air dingin yang sudah dialiri ozon. ”Ikan tak perlu lagi dibekukan,” kata Nur. Ozon dinilai efektif sebagai pembersih karena tak meninggalkan residu dan tidak mengubah kandungan bahan pangan. Mencuci pangan dan melarutkan ozon pun cukup menggunakan air sumur biasa.
Sekali dalam sehari, ruang penyimpanan sayuran dan buah pun dialiri udara yang bercampur ozon dengan proporsi yang disesuaikan. Periode pengalirannya hanya sekitar 30 menit. Hanya, tak ada yang boleh masuk ke ruang penyimpanan ketika ozon mengalir. Ozon bisa membahayakan kesehatan manusia jika sampai terhirup. Nur telah membuat panduan operasional sesuai dengan standar untuk menjamin keamanan dan keselamatan pengguna. Ozon tak akan bocor dari ruang penyimpanan dan akan lenyap setelah sekitar 40 menit. ”Satu jam setelah proses selesai, ruangan sudah aman,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo