Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terjadi insiden kebakaran pabrik baterai lithium di Korea Selatan pada Senin, 24 Juni 2024. Kantor berita Yonhap mewartakan sekitar 20 jenazah ditemukan di dalam pabrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran persisnya terjadi sekitar pukul 10.30 pagi waktu setempat di sebuah pabrik yang dijalankan produsen baterai Aricell di Hwaseong, Provinsi Gyeonggi atau arah selatan dari Ibu Kota Seoul, Korea Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran dimulai dengan serangkaian ledakan dari baterai-baterai yang berjumlah sekitar 35 unit di dalam gudang. Kantor berita Yonhap mewartakan sekitar 20 jenazah ditemukan, namun Kim Jin-young petugas kebakaran setempat mengatakan korban tewas ada sembilan orang dan empat orang lainnya luka-luka. Dari total empat korban luka-luka itu, dua orang dalam kondisi kritis.
Di era digital ini, baterai lithium telah menjadi sumber energi vital bagi berbagai perangkat elektronik modern, mulai dari smartphone, laptop, hingga kendaraan listrik. Kepraktisannya yang tahan lama dan bertenaga besar menjadikannya pilihan utama. Namun, di balik kemudahannya, tersembunyi bahaya yang perlu diwaspadai.
Baterai Lithium-ion atau baterai lithium menjadi salah satu jenis baterai yang populer digunakan oleh produsen kendaraan listrik. Baterai jenis ini mudah terbakar, dapat terbakar, serta memiliki sel daya yang dapat menyebabkan korsleting jika rusak. Namun, baterai lithium-ion memiliki risiko ledakan api jauh lebih rendah daripada bensin di kendaraan konvensional.
Baterai lithium-nikel memiliki energi spesifik yang tinggi, yang berarti dapat menyimpan energi dalam jumlah besar untuk ukurannya. Ini membuatnya ideal untuk aplikasi yang membutuhkan daya tahan tinggi, seperti kendaraan listrik dan perangkat elektronik portabel.
Kemampuannya untuk bekerja dalam aplikasi beban tinggi dengan daya tahan baterai yang lama menjadikan baterai lithium-nikel populer di pasar kendaraan listrik. Secara khusus, lithium-nikel adalah baterai pilihan Tesla.
Bahaya utama dari baterai lithium adalah risiko kebakaran dan ledakan. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor. Kerusakan fisik seperti terjatuh, tertusuk, atau tertekuk dapat menyebabkan korsleting internal yang memicu panas berlebih dan berujung pada kebakaran atau ledakan.
Pengisian daya yang berlebihan juga berbahaya karena dapat menyebabkan panas berlebih dan meningkatkan risiko ledakan. Selain itu, paparan suhu ekstrem, baik panas maupun dingin, dapat memicu reaksi kimia tidak stabil dalam baterai, yang juga berpotensi menyebabkan kerusakan dan risiko ledakan. Penggunaan baterai palsu atau yang tidak kompatibel dengan perangkat sangat berisiko mengalami korsleting dan ledakan.
Selain risiko kebakaran dan ledakan, baterai lithium juga mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Kebocoran elektrolit dari baterai lithium dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan, dengan paparan jangka panjang yang dapat berakibat fatal.
Baterai lithium ini juga mengandung logam berat seperti kobalt, nikel, dan litium yang beracun bagi tubuh jika tertelan atau terhirup. Dari sisi lingkungan, penambangan dan pengolahan bahan baku baterai lithium dapat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem. Limbah baterai yang tidak dikelola dengan benar juga dapat mencemari tanah dan air.
ANANDA RIDHO SULISTYA I JOBPIE SUGIARTO I SUCI SEKARWATI