Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Siswa Meninggal Saat Banjir, Pakar: Perlu Ada Materi Pendidikan Kebencanaan di Sekolah

Pengamat pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jejen Musfah menyebut pentingnya sekolah dan madrasah memulai edukasi pendidikan bencana seperti banjir.

7 Oktober 2022 | 14.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas berada di lokasi robohnya tembok Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 di Pondok Labu, Jakarta, Kamis, 6 Oktober 2022. Tiga siswa MTsN 19 Pondok Labu meninggal dunia setelah tertimpa tembok sekolah yang roboh diakibatkan hujan deras dan meluapnya air gorong-gorong. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jejen Musfah menyebut pentingnya sekolah dan madrasah memulai edukasi pendidikan kebencanaan. Hal itu, kata dia, perlu dilakukan agar siswa dan guru mempunyai pemahaman yang baik bagaimana bertindak ketika terjadi bencana seperti banjir ataupun longsor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Penting sekali memulai mengedukasi dunia pendidikan kita dengan pendidikan kebencanaan baik di radio televisi maupun datang langsung ke sekolah dikumpulkan di satu wilayah agar warga sekolah punya pemahaman yang baik bagaimana harus bertindak pada saat terjadi banjir, longsor dan sebagainya," ucapnya pada Jumat, 7 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, saat ini pendidikan di Indonesia masih belum optimal dalam menerapkan edukasi kebencanaan. Padahal, Jejen mengatakan wilayah Indonesia terbilang sering mengalami banjir ataupun longsor. 

Selain itu, pengamat yang menyelesaikan pendidikan doktornya di Universitas Islam Nusantara Bandung ini juga mengingatkan agar warga sekolah dan sekitarnya untuk memperbaiki saluran air dan jalan-jalan berlubang di sekitar sekolah. Hal ini demi keselamatan guru dan siswa yang pergi ke sekolah.

"Anak-anak yang sekolah membawa kendaraan motor atau sepeda untuk ekstra hati-hati karena kondisi jalan kita banyak lubang dan itu tertutupi oleh air genangan air sehingga bila perlu naik kendaraan umum. Juga tentu saja anak-anak warga sekolah untuk membawa jas hujan atau payung," ucapnya.

Jejen juga menyarankan dalam kondisi tertentu sekolah atau madrasah harus menyiapkan skema hibrida dan tidak memaksakan siswa atau guru untuk masuk sekolah jika kondisi tidak memungkinkan.

Selain itu perlu juga adanya surat edaran dari pihak-pihak terkait tentang pola pembelajaran di situasi di cuaca ekstrem saat ini. Dia mengatakan prinsip pendidikan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan pelajar alih-alih mewajibkan mereka datang ke sekolah.

Terkait kejadian MTsn 19 Jakarta yang ambruk, Jejen berharap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Menteri Agama mengatur dana perbaikan sekolah yang mengancam keselamatan warga sekolah. Adapun sebanyak tiga orang tewas tertimpa tembok MTsN 19 yang ambruk akibat banjir di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Kamis sekitar pukul 14.50 WIB. Tembok sekolah yang ambruk tersebut disebabkan hujan deras yang memicu luapan air.

"Ini juga PR besar di akhir dua tahun Mendikbud dan Menteri Agama untuk mungkin refocusing dana, kalau kemarin untuk COVID-19 sekarang saya kira untuk renovasi bangunan sekolah yang bisa mengancam keselamatan bahkan nyawa warga sekolah," ucap Jejen.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus