Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Studi terbaru yang diterbitkan oleh jurnal Environmental Research Letters pada 3 Maret 2025 mengungkapkan bahwa Arus Sirkumpolar Antartika, arus laut akibat pencairan es di Antartika bisa melambat pada 2050. Arus laut terkut di bumi itu diperkirakan bakal melambat seperempat abad lagi akibat masuknya air lelehan es ke Samudra Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perubahan ini berdampak signifikan terhadap suhu laut, kenaikan permukaan air, serta ekosistem Antartika. Padahal, Arus Sirkumpolar Antartika punya peran vital, yakni mengangkut sekitar satu miliar liter air per detik. Arus ini juga yang menjaga air hangat tetap jauh dari lapisan es Antartika, serta menghubungkan Samudra lain, mulai dari Atlantik, Pasifik, Hindia, dan Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bishakhdatta Gayen, ahli mekanika fluida dari Universitas Melbourne, mengatakan masuknya air lelehan yang segar dan dingin ke lautan memicu pelemahan arus. “Airnya seperti komidi putar yang terus berputar berulang kali, sehingga butuh waktu lama untuk kembali ke Antartika,” kata Gayen, dikutip dari Live Science pada Senin, 17 Maret 2025.
Menurut Gayen, Arus Sirkumpolar Antartika menjadi “jantung lautan”. “Sesuatu yang berhenti atau berbeda di sana akan mempengaruhi sirkulasi setiap samudra di dunia,” katanya.
Tim peneliti menggunakan superkomputer dan simulator iklim untuk memodelkan interaksi antara lautan dan lapisan es. Hasilnya menunjukkan bahwa lelehan es mengencerkan air laut di sekitarnya, sekaligus memperlambat konveksi antara air permukaan dan air dalam di dekat lapisan es.
Dalam jangka panjang, bagian dalam Samudra Selatan akan menghangat karena minimnya air dingin yang turun ke kedalaman. Perlambatan arus ini juga yang berpotensi membuat air hangat mengalir hingga lapisan es Antartika, mempercepat pencairan yang sudah terjadi.
Selain memicu kenaikan permukaan laut, besarnya volume air lelehan ke Samudra Selatan juga mengurangi kekuatan Arus Sirkumpolar Antartika yang selama ini menjadi penghalang alami spesies invasif. Jika arus ini melemah, spesies asing kemungkinan mencapai garis pantai Antartika lebih cepat.
“Jika arus ini melambat, yang akan terjadi adalah berbagai organisme dapat bermigrasi dengan cepat ke garis pantai Antartika,” ujar Gayen.
Ilmuwan belum dapat memastikan kapan perlambatan ini akan berdampak secara global. Pemantauan terhadap Arus Sirkumpolar Antartika juga masih terbatas karena lokasinya yang terpencil. Gayen menekankan bahwa perubahan alam akibat pemanasan hanya bisa terlihat melalui pemantauan jangka panjang.