Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Studi terbaru dari para ilmuwan RAND Corporation, sebuah lembaga riset nirlaba yang berbasis di California, menunjukkan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi demensia pada seseorang. Demensia merujuk sekelompok gejala gangguan otak yang membuat seseorang sulit berpikir, mengingat, dan berkomunikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para ilmuwan tersebut menganalisis data yang dikumpulkan dari 20 ribu lansia selama 30 tahun terakhir. Temuan ini memberikan wawasan tentang gaya hidup yang bisa mempengaruhi kesehatan otak. Artinya, pengetahuan baru ini bisa dimanfaatkan untuk mencegah demensia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Memberi bukti tambahan tentang tindakan yang dapat diambil individu untuk menjalani gaya hidup yang mendukung kesehatan otak sepanjang hidup,” kata Peter Hudomiet, ekonom utama dalam studi ini, dikutip dari Earth.com, Selasa, 10 Desember 2024.
Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum. Namun, ada juga jenis lain seperti demensia vaskular dan demensia tubuh Lewy. Dalam penelitian, ilmuwan RAND Corp mendapati risiko demensia pada individu yang tidak memiliki hobi, yang obesitas, serta yang gaya hidupnya kurang aktif, terutama setelah berusia 60 tahun.
Temuan ini menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik agar otak tetap sehat. Hobi, salah satu faktor yang disebut tadi, bisa memberikan tujuan dalam hidup manusia.
“Dan memungkinkan mereka untuk melatih kognisi yang pada dasarnya menjaga otak tetap aktif dan sehat,” kata Hudomiet.
Aktivitas fisik yang teratur juga penting untuk mendukung sirkulasi darah yang sehat, dan pada waktunya akan mendukung kesehatan otak dalam jangka panjang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa obesitas sering menyebabkan masalah sirkulasi darah yang bisa meningkatkan risiko demensia.
Beberapa faktor yang selama ini diduga bisa memicu demensia, seperti merokok atau menerima vaksinasi flu, ternyata tidak terbukti menjadi pemicu perkembangan demensia. Perilaku lain, seperti kebiasaan memeriksa kadar kolesterol, menjalani mamografi, deteksi kanker serviks atau pap smear, serta pemeriksaan payudara atau prostat juga tidak memiliki kaitan yang signifikan dengan masalah otak tersebut.
Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan masyarakat soal pentingnya menjaga kesehatan otak. Merujuk ulasan Earth.com, peneliti berharap informasi yang lebih dalam mengenai penyebab demensia bisa membantu pembentukan gaya hidup yang lebih baik. Para individu diharapkan bisa melewati penuaan yang sehat, sehingga tidak menemui gangguan kognitif di masa depan.