Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Tarif Naik Candi Borobudur, Pemerintah Disebut Tak Libatkan Budayawan

Wacana tarif naik Borobudur Rp 750 ribu yang digaungkan Luhut Binsar Pandjaitan tak melibatkan budayawan. Rencana itu dinilai terburu-buru.

6 Juni 2022 | 19.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta- Budayawan Sutanto Mendut mengatakan pemerintah tak melibatkan budayawan, cendekiawan, dan seniman ihwal wacana tarif naik ke Candi Borobudur. Pemerintah berencana mematok harga Rp 750 ribu bagi wisatawan domestik yang ingin naik ke Candi Borobudur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Komunitas Lima Gunung yang aktif menggelar acara seni di Borobudur dan sekitarnya itu menilai langkah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terburu-buru dalam mengumumkan rencana tarif baru itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pengumuman yang ekstrem. Saya baru tahu dua hari ini. Riuh di grup WhatsApp dan media sosial,” kata Sutanto dihubungi Tempo, Senin, 6 Juni 2022.

Sutanto mengingatkan pemerintah agar memahami pentingya makna Borobudur sebagai warisan dunia yang ditetapkan UNESCO. Sebagai warisan dunia, candi peninggalan Dinasti Syailendra ini menekankan pada aspek kultural, bukan hanya ekonomi dan politik. Unsur budaya dan agamalah yang mempengaruhi keputusan UNESCO.

Borobudur yang punya nama besar. kata dia, bukan lagi hanya milik masyarakat Indonesia, tapi juga komunitas internasional. Pemerintah menurut dia seharusnya memperhatikan aspirasi masyarakat sebelum mengumumkan rencana tarif naik candi yang fantastis itu.

Selain menyinggung minimnya pelibatan budayawan, Sutanto juga menyindir pemerintah yang tidak sensitif terhadap kondisi perekonomian masyarakat selama pandemi Covid-19. Pengunjung akan berpikir berkali-kali untuk naik ke Borobudur dengan tarif sebesar Rp 750 ribu. “Lebih baik digunakan untuk bayar biaya kuliah,” ujar Sutano.

Lelaki yang tinggal di sekitar kawasan Candi Mendut selama 40 tahun ini menjelaskan Borobudur bukan sekadar untuk jualan atau mendatangkan keuntungan ekonomi dari hasil penjualan tiket, melainkan bicara tentang karya besar budaya Jawa.

Sutanto mencontohkan relief-relief Borobudur yang kaya makna, termasuk arupadhatu atau tingkatan atas Borobudur yang melambangkan kehidupan relijius dan spiritual tertinggi, menggambarkan kehidupan Sang Buddha yang mencapai pencerahan.

Dia khawatir bila pemerintah tidak hati-hati mengambil keputusan, maka akan membawa dampak yang negatif. Dia mengatakan Borobudur tak sekadar bicara angka dan hal-hal verbal, tapi tentang pentingnya falsafah kehidupan.

Dia mengingatkan politikus dan pemengaruh di media sosial untuk berhati-hati membicarakan warisan budaya tersebut. Mereka seharusnya lebih banyak memikirkan Borobudur sebagai warisan budaya yang terus didiskusikaan secara serius, bukan sekadar angka-angka atau keuntungan semata. “Pikirkan juga soal rasa di masa sulit seperti ini,” kata Sutanto.

Sebelumnya, Luhut menyatakan kuota bagi wisatawan yang ingin naik ke bangunan Candi Borobudur dibatasi sejumlah 1.200 orang per hari dan tiketnya diterapkan melalui sistem reservasi online. Penetapan kuota tersebut bertujuan untuk melindungi bangunan candi demi melestarikan kekayaan sejarah dan budaya Nusantara.

Tiket seharga Rp 750 ribu per orang diperuntukkan bagi turis lokal untuk menaiki candi dan 100 Dolar AS untuk wisatawan mancanegara. Harga tiket masuk kawasan candi masih tetap Rp 50 ribu per orang untuk wisatawan nusantara, tapi hanya di pelataran candi. Adapun, untuk pelajar (grup study tour sekolah atau bukan individual) Rp 5 ribu.

SHINTA MAHARANI

Baca juga: Minta Batalkan Kenaikkan Tiket Borobudur, YLKI: Jangan Tarif yang Ugal-ugalan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus