SEMBARI mengendarai mobil atau memancing di tengah lautan, Anda kini bisa berbincang lewat telepon dengan kolega di seberang benua. Anda tak perlu berurusan dengan kantor sentral, sebab telepon ini bisa berkencan dengan satelit tanpa perantara. Komunikasi mutakhir ini ditawarkan oleh Inmarsat (International Maritime Satellite). "Ini yang pertama di dunia," kata Keith Thacker, manajer umum Divisi Maritim Inmersat, dalam konferensi pers di Jakarta pekan lalu. Produk telepon baru ini kini telah siap masuk pasaran. Setiap satuan telepon ini disebut terminal, yang dikemas mirip tas eksekutif. Kalau tas itu dibuka, isinya pesawat telepon, kotak perkakas elektronik, dan antena yang berbentuk lembaran pelat yang bisa dilipat. Antena itu berfungsi sebagai pengirim sekaligus penerima gelombang dari satelit. Harganya US$ 10-15 ribu atau Rp 20-30 juta. Tapi Thacker menjanjikan, akan muncul terminal baru berupa telepon genggam yang lebih murah dan praktis. Terminal Inmarsat ini, baik yang model tas maupun genggam, tak cuma untuk komunikasi lisan. Kalau dihubungkan dengan mesin faksimile, dia bisa mengirimkan teks serta gambar. Bila dibutuhkan, kata Thacker, terminal Inmarsat ini siap pula melayani hubungan antarkomputer, cara berkomunikasi yang kini jamak dilakukan orang modern. Keith Thacker menyebut sistem baru ini sebagai paket "M" Inmarsat. Dalam bisnis ini, Inmarsat sebagai penyelenggaranya. Modal utamanya berupa empat buah satelit geostasioner 36.000 km di atas bumi, dua di atas Atlantik, dua yang lain di atas Pasifik dan Samudra India. Terminalnya bisa bermacam merek. Sebab, ada 15 industri yang kini menjadi rekan Inmarsat. Thacker menganggap telepon paket M itu cocok digunakan di tempat terpencil seperti pertambangan, anjungan minyak lepas pantai, atau daerah pedalaman. Namun, sasaran utamanya adalah orangorang bepergian seperti para eksekutif, wartawan, sopir truk raksasa antarnegara, dan pemilik kapal pesiar. Keunggulan telepon paket M itu, menurut Thacker, ada pada sifatnya yang mobil, mudah dibawa ke manamana. Dia bisa dibawa dalam mobil, kereta api, atau kapal laut, karena tak memerlukan antena besar. Telepon seluler yang ada kini, kata Thacker, bukan saingannya. Sebab, telepon tangan atau mobil yang ada sekarang hanya bisa dipakai di dalam jaringan transmisinya. Kedatangan Thacker tak cuma ingin memamerkan Inmarsat M, dia juga mempromosikan jasa paging baru. Di Indonesia, paging jasa panggilan lewat pesawat radio sebesar bungkus rokok sudah lama dikenal. Panggilan itu dikirim lewat telepon ke kantor pengelola jasanya, dan operator meneruskan lewat gelombang radio. Hasilnya, bunyi "tuttuut" nyaring di pesawat, dan pesan ringkas tertulis di layar kecilnya. Jasa yang ditawarkan Inmarsat kurang lebih sama. Yang berbeda cuma skalanya. "Paging Inmarsat berlaku global, di seluruh dunia," ujar Thacker. Orang di Jakarta bisa mempaging kawannya di Mesir atau di Kanada. "Sebab, panggilan itu disampaikan lewat satelit," tambah Thacker. Jasa paging ini akan dijual dua tahun lagi. Inmarsat dibentuk 13 tahun lalu. Anggotanya 65 negara, termasuk Indonesia, yang menyertakan saham (0,27%) lewat PT Indosat. Sejak awal 1980-an, dia telah menjual jasa komunikasi satelit, dengan paket Inmarsat A dan C. Paket A untuk kegiatan maritim membantu navigasi kapal-kapal laut. Dengan antena parabola berdiameter satu meter, kapal-kapal itu dapat menerima informasi tertulis, antara lain berupa ramalan cuaca, posisi koordinat, dan tanda SOS dari kapal lain. Menjelang akhir 1980an, Inmarsat menjual paket C. Antena parabola bisa diganti dengan pelat sebesar halaman majalah. Percakapan telepon belum bisa dilayaninya, tapi pengiriman data tertulis bisa lebih banyak dan cepat. Harga terminalnya masih mahal. Pelanggannya tak cuma kapal, tapi juga anjungan lepas pantai, pertambangan, dan pesawat terbang. British Airways dan Cathay Pacific, kata Thacker, adalah pelanggannya. Langkah berikutnya adalah paket M itu. Untuk paket M ini, Inmarsat perlu meluncurkan empat satelit baru, dan membangkucadangkan tujuh satelit sewaannya. Thacker optimistis paket ini bakal laku. "Pasarnya luas, dan kami berada pada posisi terdepan," katanya. Namun, PT Indosat, yang mengageni penjualan paket-paket Inmarsat di Indonesia, tampak kurang bergairah. "Pemakaian jasa Inmarsat masih mahal," ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Indosat, Sofwan Natanegara. Untuk berbicara ke Amerika dengan paket Inmarsat, kata Sofwan, harus bayar Rp 17.500 per menit. Jauh lebih mahal dibanding tarif telepon internasional yang biasa, Rp 4.500 semenit. Thacker tak menyangkalnya. Satelit Inmarsat, kata Thacker, harus berhubungan dengan antena-antena mini. Tak seperti satelit pada umumnya yang cuma melayani antena-antena besar di stasiun bumi. Walhasil, satu satelit Inmarsat cuma bisa menampung 250 pembicaraan telepon, jauh lebih kecil dibanding satelit umumnya yang bisa melayani 8.000 percakapan sekaligus. Harga boleh mahal. Tapi, kata Thacker, dari tempat terpencil atau pesiar di tengah laut pun, seseorang bisa mengendalikan bisnis milyarannya di benua lain. Putut Trihusodo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini