TAHUN lalu, ketika memperingati ulang tahun ke-174 Kebun Raya Bogor (KRB),Presiden Soeharto memberangkatkan empat tim Ekspedisi Flora Nusantara ke hutan Bengkulu, Jawa Timur, dan Bali. Sesudah itu, dikirim lagi ekspedisi keKalimantan Timur dan Irian Jaya. Tujuannya, mengumpulkan koleksi hidup flora asli Indonesia untuk disimpan di kebun raya. "Dengan banyaknya hutan produksi, kami khawatir banyak spesies hilang sebelum diketahui manfaatnya," kata Rumatyo, kepala bagian registrasi KRB. Sebenarnya, pengoleksian adalah bagian dari tugas KRB. Tapi karena dana terbatas, kegiatan itu hanya bisa dilakukan secara acak. Kini, dari bunga deposito Rp 1milyar sumbangan Masyarakat Perhutanan Indonesia, pengoleksian akan dilakukan di tiap provinsi, sehingga kelak tiap daerah bisa memiliki taman hutan raya yangmenampung semua jenis tanaman di sana. Dengan ekspedisi yang rutin ini, mungkin nanti terungkap bahwa jumlah tanaman Indonesia lebih dari 25.000 jenis jumlah yang terdata selama ini. Dariekspedisi ke lima provinsi tersebut, ditemukan beberapa tanaman yang diperkirakan sebagai jenis baru dan belum dikenal dalam khazanah taksonomi dunia. "Ada sekitar 100 jenis," kata Ketua LIPI Samaun Samadikun. Sedangkananggrek yang diduga tergolong jenis baru ada 300. Tanaman-tanaman itu kini sedang diidentifikasi jenisnya. Tumbuhan bukan jenis baru pun banyak yang menarik. Dari Bengkulu, misalnya, ditemukan bunga bangkai jenis Amorphophallus citanum. Bunga ini luar biasa besar, berat umbinya sampai 100 kilogram, tapi jarang ditemui. Di Jawa Timur ditemukan pohon duku dengan variasi genetik yang kaya, tumbuh di daerah seluas10 hektare. Hutan ini diharapkan menjadi sumber genetik untuk pemuliaan duku Indonesia. Selain itu, masih banyak gudang genetik lain di seluruh Nusantara,yang baru akan terkuak bila sudah diteliti dan didata oleh Tim EkspedisiFlora. DPW dan Dwi S. Irawanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini