Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Tanaman nyamplung mungkin tidak terlalu akrab di telinga orang awam. Namun perlu diketahui bahwa jenis pohon bintangur ini banyak ditemukan tumbuh di Indonesia, khususnya di daerah pesisir yang berpasir dan berbatu karang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanaman bernama latin Collaphyllum ini juga berkhasiat sebagai obat antikanker. Itu dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Triana Kusumaningsih, dosen dari program studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian Triana dilatarbelakangi permasalahan, di antaranya masih belum efektifnya kemoterapi dalam pengobatan penyakit kanker. Cara itu sejauh ini masih menggunakan bahan kimia untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan dari sel-sel kanker.
Triana mengungkap, pengobatan kanker secara konvensional memiliki beberapa kelemahan di antaranya toksisitas yang tinggi terhadap sel normal, menimbulkan berbagai jenis efek samping, dan mahal.
"Kita membutuhkan obat kemoterapi yang mempunyai tingkat efikasi dan selektivitas yang lebih baik," kata Triana pada Senin, 5 Desember 2022.
Tanaman nyamplung dipilih dalam penelitian Triana karena selain banyak terdapat di Indonesia dan mempunyai senyawa aktif yang berpotensi sebagai antikanker. Dalam penelitian itu, Triana telah menguji pemanfaatan tanaman nyamplung untuk penyakit di sel kanker hati, kanker serviks dan sel kanker payudara.
“Saat ini pengujian yang sudah dilakukan yakni uji in vitro yang merupakan pengujian obat di luar tubuh makhluk hidup yaitu dengan memasukkan sel kanker itu ke laboratorium dan diberikan obat yang teliti," tuturnya.
Adapun untuk uji in vivo, lanjut Triana, yang merupakan pengujian pada makhluk hidup masih dalam proses. Namun, Triana mengungkapkan penelitian itu masih perlu diuji lebih lanjut karena ternyata masih ada efek samping dari obat yang menggunakan tanaman nyamplung tersebut.
Salah satunya adalah obat itu tak hanya membunuh sel kanker tapi juga membunuh sel normal dalam tubuh. Sehingga Triana berharap akan ada penelitian lanjutan agar ke depan tanaman nyamplung ini akan dapat direkomendasikan sebagai obat antikanker.
"Harapannya ke depan, dari penelitian lanjutan itu tanaman nyamplung benar-benar membunuh hanya sel kanker saja,” katanya.
Penelitian yang diberi judul "Derivatisasi Floroglusinol dari Genus Callophyllum dan Investigasinya Sebagai Antikanker" ini pun berhasil mengantarkan Triana meraih gelar sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Organik UNS Solo.
Selain Triana, tiga dosen lain yaitu Soehartono dari Fakultas Hukum (FH), Eko Surojo dari Program Studi (Prodi) Teknik Mesin, Fakultas Teknik (FT), dan Lego Karjoko yang juga dari FH, juga akan dikukuhkan sebagai guru besar UNS oleh Rektor UNS, Jamal Wiwoho pada Selasa, 6 Desember 2022.
Soehartono menjadi guru besar ke-8 di FH dan ke-251 UNS, untuk Bidang Ilmu Hukum Acara. Selasa ini ia akan menjabarkan pidato pengukuhannya yang berjudul Penegakkan Hukum Berbasis Paradigma Hukum Profetik untuk Mewujudkan Keadilan Substansial.
Adapun Eko Surojo akan menjadi guru besar ke-21 pada FT dan ke-252 UNS. Eko akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Mesin dengan pidato pengukuhan berjudul Prospek Rekayasa Bahan Rem Ramah Lingkungan Berpenguat Serat Cantula.
Lalu Lego Karjoko menjadi guru besar ke-9 pada FH dan ke-253 UNS untuk Bidang Hukum Agraria. Ia akan mempresentasikan pidato pengukuhan berjudul Perkembangan Tafsir Hak Menguasai Negara Dari Reforma Agraria Menuju Corporate Social Responsibility serta Implikasinya Terhadap Konflik Perkebunan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.