Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Telkom University dan University of Wollongong Bikin Sistem Pemantauan Banjir Rob Berbasis AI

Sistem itu akan diterapkan di tiga kota di Jawa Tengah yang rentan banjir rob.

15 November 2023 | 17.04 WIB

Warga berjalan melewati banjir rob di Slamaran, Pekalongan, Jawa Tengah, Senin, 1 Juni 2020. Banjir rob di pesisir utara Pekalongan ini mencapai ketinggian antara 10-50 centimeter. ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Perbesar
Warga berjalan melewati banjir rob di Slamaran, Pekalongan, Jawa Tengah, Senin, 1 Juni 2020. Banjir rob di pesisir utara Pekalongan ini mencapai ketinggian antara 10-50 centimeter. ANTARA/Harviyan Perdana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Telkom University dan University of Wollongong Australia bekerja sama membuat sistem manajemen pemantauan dan mitigas banjir pasang surut yang dinamakan Tide Eye. Sistem ini berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menggabungkan teknologi drone serta infrastruktur internet of things atau IoT.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Tide-Eye dapat mentransformasikan pemantauan ketinggian air laut dan aktivitas banjir rob secara digital,” kata ketua tim peneliti dari Telkom University, Miftadi Sudjai, lewat keterangan tertulis, Rabu, 15 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sistem itu akan diterapkan di tiga kota di Jawa Tengah, yaitu Pekalongan, Semarang dan Demak. Ketiga daerah itu terletak di wilayah pesisir dataran rendah dan rentan terhadap kenaikan permukaan air laut, banjir rob dan kejadian cuaca ekstrem. “Banjir rob menimbulkan ancaman dan gangguan bagi aktivitas penduduk, berdampak luas ke masyarakat, infrastuktur dan lingkungan,” ujarnya.

Menurut Miftadi, banjir rob atau air laut di ketiga daerah itu pada Mei 2022 misalnya mencapai ketinggian 1,1-2 meter. Banjir merendam 51 persen wilayah Pekalongan dan sebagian besar Semarang. “Begitu juga di wilayah Sayung, Demak, banjir rob sudah masuk hampir 10 kilometer ke wilayah daratan,” kata dia.

Dampak banjir rob antara lain membahayakan keselamatan penduduk, menyebabkan kerusakan harta benda, pengungsian, dan bahkan korban jiwa. Banjir yang berulang mengganggu kehidupan sehari-hari, dan memberikan tekanan tambahan pada layanan darurat dan infrastruktur. Banjir juga berakibat kerusakan parah pada jalan, bangunan, rumah, fasilitas umum, dan drainase.

Kesehatan warga terdampak ikut terganggu dengan meningkatnya penyakit yang berhubungan dengan kelembapan dan jamur seperti diare, demam berdarah, kutu air, serta keluhan kulit dan paru-paru. Banjir rob pun ikut merusak perekonomian dan pertanian. “Hilangnya lahan produktif telah berdampak serius terhadap penghidupan 5 juta penduduk di tiga kota tersebut,” ujar Miftadi.

Sebagai upaya mitigasi dampak banjir rob, pemerintah telah membangun tembok laut, waduk, dan stasiun pompa besar yang dirancang untuk memompa air melalui tembok laut. Upaya itu dilakukan ketika tingkat pasang surut di waduk melebihi ambang batas tertentu. Sementara pengendalian pompa saat ini masih dilakukan secara manual.

Namun begitu, menurut Miftadi, kurangnya pemantauan permukaan laut secara terus-menerus dan otomatisasi dalam pengendalian pompa air, mengakibatkan buruknya akurasi, ketidaktepatan waktu, dan rendahnya efisiensi dalam menghadapi banjir rob serta mitigasi kerusakan. “Proyek ini akan mengembangkan solusi terdepan, sesuai tujuan, terukur dan terjangkau untuk pemantauan banjir rob,” katanya.

Tide Eye bisa digunakan pekerja infrastruktur air dan penduduk untuk memantau ketinggian air laut dan risiko banjir rob secara langsung atau real-time. Informasinya dapat dipakai untuk mengambil keputusan tepat waktu untuk mencegah banjir. Proyek itu rencananya juga akan membuat database besar yang dapat dibagikan untuk memantau air laut dan banjir rob.

Program ini juga akan mencakup pelatihan bagi staf Balai Besar Wilayah Sungai atau BBWS Pemali-Juana agar mereka dapat sepenuhnya mengoperasikan, memelihara, dan mereplikasi sistem di lokasi lain dalam jangka panjang.

Inovasi Tide Eye merupakan hibah riset international dari Kolaborasi untuk Pengetahuan, Inovasi dan Teknologi Australia dan Indonesia atau disingkat Koneksi. Total dana hibah sebesar 350 ribu Dollar Australia atau sekitar Rp 3,5 miliar.

Hibah itu merupakan program kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Department of Foreign Affairs and Trade Australia. Program itu mempertemukan para ahli terkemuka di bidang kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT) dan Machine Learning serta Teknik Lingkungan dari kedua negara.

Gabungan tim peneliti melibatkan Le Chung Tran, Miftadi Sudjai, Aloysius Adya Pramudita, Asep Suhendi, dan Erna Sri Sugesti beserta tim periset dari Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Perguruan Tinggi Intelligent Sensing-IoT, Telkom University. Program penelitian ini juga melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Semarang, dan PT. Hilmy Anugerah Consulting Engineer sebagai mitra lokal.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus