Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti menemukan sebuah kapal karam berusia 500 tahun pada dasar laut Baltik. Meski berada di dasar laut selama 5 abad, kondisi kapal terlihat nyaris sempurna. Kapal ini masih memiliki tiang kapal, meriam dan tali-menali kapal yang masih utuh, sebagaimana dilaporkan Daily Mail baru-baru ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Para peneliti percaya minimnya oksigen pada perairan dingin telah mencegah perusakan yang dilakukan oleh hewan laut. Bahkan di dek masih tersedia sekoci yang digunakan untuk mengangkut anak buah kapal pergi ke bibir pantai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami menemukan kapal ini ketika melakukan survei untuk pemasangan pipa Nord Stream 2,” ucap ahli arkeolog kelautan, Dr Rodrigo Pacheco-Ruiz.
Penemuan kapal ini berlokasi 24 mil dari bibir pantai Swedia, ketika peneliti sedang mengukur kedalaman laut Baltik dengan perangkat sonar. Sebagai penelitian lanjutan, mereka menggunakan kendaraan yang dioperasikan jarak jauh (ROV) dari Strill Explorer.
Teknologi robot bawah air digunakan untuk mengambil survei fotogrametri kapal dengan detail 3D bersolusi tinggi untuk dipelajari secara mendalam. Saat ditemukan, kapal kecil ini memiliki tinggi mencapai 16-18 meter.
Diperkirakan benda ini merupakan buatan orang Swedia atau Denmark yang diproduski pada zaman Renaissance, antara tahun 1490 hingga 1540. Desain khas Eropa Utara pada kapal memberi sedikit petunjuk bagi para peneliti.
Menurut Dr Rodrigo Pacheco-Ruiz kapal ini jauh lebih tua jika dibandingkan dengan temuan kapal bersejarah lainnya. Termasuk kapal perang Mars yang telah diledakkan dalam Pertempuran Pertama Oland pada tahun 1564 dan kapal milik Raja Henry VII, Mary Rose pada tahun 1510.
“Kami menamakannya okant skepp atau kapal yang tidak diketahui karena pada masa itu, kapal tidak memiliki nama. Jika pun ada, namanya pun tidak akan unik,” ujar Dr Rodrigo.
Kerusakan yang terjadi pada kapal terjadi bukan karena serangan, melainkan akibat korosi pada logam. Air asin menyebabkan kayu terlepas dari partikel logam kapal. Sedangkan mengenai awak kapal, peneliti masih belum dapat memastikan keberadaan mereka. Mereka masih menunggu hasil temuan lanjutan.
“Bisa saja kapal ini ditinggalkan karena awak kapal terserang penyakit dan meninggal, sehingga kapal terus mengapung di atas perairan. Kami ingin melakukan penelitian terhadap beberapa elemen kapal karam seperti kayu untuk mengetahui waktu peristiwa ini terjadi. Kemudian kami meneliti penyebab misteri keberadaan awak kapal,” ujar Dr Rodrigo.
DAILY MAIL | SCIENCE ALERT | INDEPENDENT | THE SUN | CAECILIA EERSTA