Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi oleh sejumlah peneliti entomologi di University of Georgia, Amerika Serikat, menemukan sebuah supergen dalam koloni semut api. Supergen ini yang akan menentukan apakah semut ratu muda akan meninggalkan koloni asal untuk membangun koloni barunya atau akankah mereka bergabung menjadi satu dengan banyak ratu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim penelitinya juga menemukan kalau semut-semut api menjadi lebih agresif terhadap ratunya yang tak memiliki supergen itu. Mereka--para semut pekerja--bahkan bisa membunuh ratunya itu. Temuan supergen dianggap sangat penting untuk bisa menguak metode baru pengendalian hama yang lebih efisien, dan membasmi masalah koloni-koloni semut api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mempelajari bagaimana semut api berperilaku adalah informasi dasar yang sangat penting," kata Ken Ross, profesor entomologi di UGA. “Informasi ini adalah kunci untuk menolong pengelolaan populasi dan memprediksi perbedaan apa yang bisa terjadi dalam lingkungan mereka."
Supergen adalah sekumpulan gen-gen yang saling bertetangga dalam kromosom yang diwariskan bersama 'dalam satu paket' karena kedekatannya itu. Mempelajari sekupulan gen unik ini penting untuk memahami sebab potensi perbedaan dalam struktur sosial semut api, terutama untuk mengendalikan spesies, dan membangun landasan pengetahuan eksisting.
Tim penelitinya fokus pada ratu semut api muda yang sedang berada di fase nuptial flights atau fase saat semut ke luar dari sarang untuk mencari pasangan dari sarang lain. Mereka membandingkan dampak supergen pada dua tipe utama dari struktur sosial semut api: monogyne, yakni reproduksi dari ratu-ratu yang membentuk sebuah sarang baru dan pologyne atau reproduksi dari ratu-ratu yang bergabung di sarang eksisting.
Ross awalnya bekerja bersama kolega di laboratoriumnya untuk menemukan contoh besar perbedaan-perbedaan genetik dalam organisasi sosial spesies semut api Solenopsis invicta. Berikutnya, memahami bagaimana perbedaan genetik itu berujung kepada variasi psikologi dan perilaku kompleks di antara semut-semut dari koloni dengan ratu tunggal dan koloni dengan ratu banyak.
Ribuan semut api terlihat mengapung di atas genangan air banjir di Carolina. Para semut bekerja sama agar seluruh koloni dapat mengapung di atas air. Carolina Selatan, 7 Oktober 2015. Dailymail
"Data-data yang didapat diharap menolong ilmuwan memahami lebih jauh pola perkembangan spesies dan menambah upaya alternatif memerangi populasi yang invasif."
Dipimpin dua alumni entomologi University of Georgia yakni Joanie King, lulusan program master 2017, dan Samuel Arsenault, lulusan program doktoral 2020, tim penelitinya mengembangkan sebuah desain eksperimental memanfaatkan koleksi sampel dua organ semut api--otak dan jaringan ovarian—dan ragam genotipe dan bentuk sosial dari kromosom sosial dalam spesies itu.
Studi melibatkan bermacam metode ilmiah yang mengantar kepada kolaborasi perangkat dan sumber daya di banyak bidang.
SCITECH DAILY