Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Ventilator Unit Perawatan Intensif

Peneliti LIPI mengembangkan ventilator atau alat bantu pernapasan pasien di unit perawatan intensif yang dinamakan Venlip. Pada Juli ini dijadwalkan menjalani uji teknis dan validasi di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.

10 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Peneliti LIPI mengembangkan alat bantu pernapasan bernama Venlip.

  • Penggunaan ventilator ini diproyeksikan untuk pasien di ruang ICU.

  • Bulan ini dijadwalkan menjalani uji teknis dan validasi.

LONJAKAN jumlah pasien Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 belakangan ini memaksa rumah sakit menambah ranjang, tenaga kesehatan, dan peralatan medis seperti ventilator atau alat bantu pernapasan. Untuk membantu penanganan pandemi, tim dari kelompok penelitian di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan alat bantu pernapasan Venlip—akronim dari Ventilator LIPI. “Kami rancang dan buat sendiri bentuk dan sistemnya dari nol,” kata Hendri Maja Saputra, Senin, 5 Juli lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hendri adalah Koordinator Kelompok Penelitian Otomasi Industri yang mengembangkan Venlip bersama Budi Prawara, Haznan Abimanyu, Midriem Mirdanies, Vita Susanti, Catur Hilman Adritya Haryo Bhakti Baskoro, Muhamad Fahrur Radzi, Mei Anggara, dan Titto Nasrul Syam. Penelitian ventilator yang dirintis sejak Mei 2020 ini telah menghasilkan lima unit purwarupa. Penggunaan Venlip diproyeksikan untuk pasien di ruang unit perawatan intensif (ICU).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Venlip menjadi ventilator ketiga yang dibuat LIPI. Dua sebelumnya adalah ventilator Gerlink LIPI High Flow Nasal Cannula-01 dan model continuous positive airway pressure (CPAP). Keduanya khusus untuk pasien yang masih bisa bernapas mandiri. “Kalau Venlip, selain untuk pasien seperti itu, buat yang tidak bisa bernapas sendiri,” ujar Hendri.

Cara kerja mesin ventilator ini adalah memompa udara dengan kompresor dan tabung oksigen selama beberapa detik untuk menyalurkan udara bercampur oksigen ke paru-paru pasien. Aliran udara tersebut hingga 100 liter per menit dan tekanan inspirasi hingga 25 sentimeter air (cmH2O). “Venlip memiliki sistem pencampuran FiO2 (fraksi oksigen yang dihirup pasien) sehingga bisa menghasilkan kadar FiO2 dari 21-100 persen,” Hendri menambahkan.

Tim membuat 12 mode untuk pernapasan dalam Venlip. Misalnya mode VC-CMV (Volume Control-Continuous Mandatory Ventilation) untuk memasok udara berdasarkan volume dengan kadar fraksi oksigen yang dihirup, laju aliran, dan tekanan inspirasi secara terus-menerus sesuai dengan siklus waktu yang telah ditentukan. “Atau sepenuhnya dikendalikan oleh mesin dan nilai tekanan ekspirasi (PEEP) yang sudah ditentukan oleh operator,” kata Hendri. Mode lain adalah VC-AC dan PC-AC.

Menurut Hendri, perangkat keras dan lunak Venlip sudah berfungsi baik, tapi tim masih perlu menyelaraskan kriteria mode sistem alat. “Misalnya volume udara dan tekanan respiratornya belum konstan,” ucapnya. Dari hasil uji coba di laboratorium, Venlip sudah mampu bekerja sebagai ventilator. Tapi, jika diukur dengan alat khusus, grafiknya terlihat belum sesuai dengan nilai idealnya.

Venlip memiliki dimensi 55 x 52 x 139 sentimeter dan berat 42 kilogram. Ventilator ini sudah dibekali dengan baterai internal untuk pendukung sistem. Hendri mengatakan mode umum alat ini serupa dengan barang impor. “Dari segi mode semua sama. Yang kami tonjolkan bahwa ini buatan dalam negeri,” tuturnya. Ia yakin harga Venlip bisa bersaing karena perawatan barang impor sulit dan biaya perbaikannya bisa seperti membeli alat baru. Harga Venlip sekitar Rp 250 juta atau lebih dari separuh harga barang impor.

Bulan ini Venlip dijadwalkan menjalani uji secara teknis dan validasi di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan. Pengujian itu akan mengukur kinerja mesin apakah sudah sesuai dengan beberapa parameter. LIPI rencananya bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung untuk melakukan uji klinis Venlip pada pasien di sana. Jika ventilator ini lolos uji klinis, tim akan mengurus izin edar alat dan memproduksinya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus