Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Virus HMPV Sudah Masuk Indonesia. Benarkah Tidak Mematikan?

Virus HMPV yang menghebohkan Cina sudah ada dan tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sejak lama. Betulkah tidak berbahaya?

9 Januari 2025 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penggunaan masker di terminal Kedatangan Internasional, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 1 Januari 2025. ANTARA/Muhammad Iqbal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Virus human metapneumovirus (HMPV) berbeda dengan virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19.

  • HMPV merupakan virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

  • Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Jakarta menyebutkan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan HMPV sudah ada di Jakarta sejak 2022.

KEHEBOHAN yang berawal dari video antrean pasien di rumah sakit yang viral di media sosial mengenai kasus human metapneumovirus (HMPV) yang merebak di Cina membuat sibuk Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sampai-sampai menegaskan bahwa virus HMPV ini hampir tidak menyebabkan kematian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya telah memeriksa data terbaru dan semuanya menunjukkan bahwa pasien 100 persen pulang dengan selamat,” kata Budi, seperti dikutip dari Antara, saat berkunjung ke Rumah Sakit Mohammad Hoesni, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu, 8 Januari 2025. Budi mengatakan HMPV memiliki karakteristik mirip flu biasa, dengan gejala batuk, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih sendiri tanpa perawatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Selasa, 7 Januari 2025, Menteri Budi menyatakan HMPV merupakan virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia. Jadi bukan jenis baru seperti SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19. “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia. Kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” tuturnya.

Menambahkan Menteri Budi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman menyebutkan virus HMPV telah menyebar di seluruh Indonesia. “Data detailnya kami belum bisa sampaikan, berapa jumlahnya, daerah mana, siapa orangnya. Yang bisa disampaikan ada beberapa, dan informasinya disampaikan Pak Menteri sudah sembuh dan kembali ke rumah,” kata Aji saat dihubungi, Selasa, 7 Januari 2025.

Untuk menghindari penyebaran HMPV lebih luas, Aji menyebutkan, pemerintah telah meningkat surveilans, penelusuran, pengamatan, dan pendataan yang dilakukan puskesmas serta rumah sakit. Menurut dia, data dikumpulkan secara harian dan mingguan sehingga bisa lebih akurat. “Mereka yang punya gejala akan diperiksa. Biasanya ada alert ke kami sehingga sistem pelaporannya telah terbangun,” ujarnya.

Selain itu, Aji mengatakan, ada peningkatan kewaspadaan pada sektor kekarantinaan kesehatan di pintu masuk negara, seperti di bandar udara dan pelabuhan. Namun, kata dia, responsnya bukan dengan pembatasan atau larangan keluar-masuk negara. “Kami ada peningkatan kewaspadaan dengan melihat gejala suhu tubuh yang tinggi, maka kita bakal skrining dan cek,” tutur Aji.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Jakarta Ani Ruspitawati menyebutkan, berdasarkan data hasil pemeriksaan, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh HMPV sudah ada di Jakarta sejak 2022. Penyebab ISPA selain HMPV, kata Ani, yang saat ini beredar dan dominan adalah virus influenza tipe A (H1N1) (pandemi 2009), rhinovirus, serta respiratory syncytial virus (RSV). 

“Dari data yang telah kami peroleh saat ini, jumlah penderita ISPA akibat HMPV sebanyak 19 kasus (2022), 78 kasus (sampai Oktober 2023), dan 100 kasus (2024),” kata Ani kepada Tempo, Rabu, 8 Januari 2025. “Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta.”

Situasi di Cina sebenarnya tidak seheboh seperti video yang viral di media sosial X. Video tanpa tanggal itu memperlihatkan kerumunan orang di ruang tunggu sebuah rumah sakit. Menurut Aji, pemerintah telah dan terus memantau perkembangan situasi wabah HMPV di Cina serta negara lain. Peningkatan jumlah kasus HMPV di Cina, kata Aji, terjadi karena faktor musim dingin. “Memang di Cina pada akhir tahun dan awal tahun itu musim dingin,” tutur Aji.

Aji menambahkan, peningkatan jumlah kasus flu terbesar di Cina itu disumbangkan oleh infeksi virus influenza A (H1N1). Pada peringkat kedua, kata Aji, adalah orang yang terinfeksi rhinovirus—penyebab selesma atau batuk-pilek. ”Ketiga baru HMPV, dan ini tidak begitu besar. Begitu situasinya.”

Aji juga membandingkan warga Cina yang menderita HMPV itu jauh lebih banyak pada akhir 2023 dibanding akhir 2024. Ihwal data ini juga sudah dibenarkan oleh Badan Kesehatan Dunia. Apalagi, kata Aji, virus tersebut sudah ada sejak 2001 sehingga tubuh manusia sudah lebih mengenal dan bisa sembuh sendiri. “Biasanya virus yang menyebabkan pandemi itu jenis virus baru yang kita belum kenal dan kita tidak siap. Misalnya Covid-19, flu burung, atau Mpox,” tuturnya. 

Walaupun sudah menjadi virus lama, menurut Aji, antivirus dan vaksin untuk HMPV belum tersedia. Namun, kata dia, tingkat kematian untuk penderita infeksi HMPV ini relatif rendah dan gejalanya tidak berbeda dengan flu biasa, dengan demam di atas 34 derajat Celsius, batuk, dan tanpa disertai sesak napas atau nyeri berat. “Ini relatif tidak perlu perawatan, kecuali untuk kelompok rentan, seperti anak kecil, orang lansia, atau orang dengan masalah imunitas tubuh.”

Pemerintah Cina berjanji akan transparan dalam menyampaikan data mengenai adanya peningkatan jumlah kasus penyakit infeksi saluran pernapasan di negara itu. "Pemerintah Cina telah dan akan terus merilis informasi tentang penyakit menular secara teratur serta transparan sesuai dengan hukum yang berlaku," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Guo Jiakun, seperti dikutip dari Antara pada Selasa, 7 Januari 2025.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina menyatakan terus memantau peningkatan jumlah kasus HMPV. Tapi hingga saat ini tidak ada bukti terjadinya wabah tidak biasa atau terdapat virus atau penyakit pernapasan baru muncul di Cina. Otoritas kesehatan Cina ini juga menyebutkan musim dingin dan musim semi merupakan musim dengan tingginya angka kasus ISPA dan meningkatnya risiko penularan ISPA.

Beda Keluarga Beda Karakter

Menurut epidemiolog dari Universitas Airlangga, Muhammad Atoillah Isfandiari, terdapat perbedaan antara human metapneumovirus dan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) penyebab penyakit virus corona 2019 (Covid-19) yang pernah menyebabkan pandemi secara global. Dari segi virusnya, kata dia, HMPV dan SARS-CoV-2 berasal dari keluarga virus yang berbeda. 

Atoillah menyebutkan HMPV termasuk famili Paramyxoviridae, jadi sama dengan virus campak (morbili) atau virus gondongan. Sedangkan SARS-CoV-2 termasuk famili Coronaviridae. "Tetapi kedua virus ini menular lewat saluran napas. Makanya bisa saja gejalanya sama, yaitu batuk, pilek, dan demam," kata Atoillah kepada Tempo, Rabu, 8 Januari 2025.  

Perbedaan taksonomi di antara kedua virus tersebut, kata Atoillah, membuat karakteristiknya juga pasti berbeda. Salah satunya, virus corona tak hanya menyebabkan kerusakan sel, tapi juga menyebabkan badai sitokin. "Sitokin adalah salah satu unsur sistem kekebalan tubuh kita yang dihasilkan oleh sel yang dirusak oleh virus. Sitokin ini bila diterima oleh sel lain yang masih sehat akan memicu rangkaian apoptosis alias bunuh diri sel sehingga sel lain bisa ikut rusak walaupun belum dimasuki virus," ucapnya. 

Pada HMPV sebagai virus lama, kata dia, selama ini jarang menimbulkan kasus parah meskipun pada anak-anak dan orang lanjut usia, kecuali memang punya status kekebalan yang sangat lemah, misalnya orang yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV). "Berbeda dengan Covid-19, karena selain ini adalah virus yang mengalami mutasi menjadi varian baru, juga memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas yang menjadi penyebab kematian. HMPV tidak.”

Adapun peneliti dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengatakan HMPV memiliki kecepatan penularan virus atau angka reproduksi dasar (R0). 1.3. “Hal ini berarti satu orang yang terinfeksi HMPV secara rata-rata akan menularkan ke 1,3 orang selama dia sakit dan tanpa ada upaya pencegahan,” kata Iwan saat ditemui di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025. R0 HMPV ini jauh di bawah virus influenza A (H1N1) yang di angka 1-2 ataupun Covid-19 di angka 2-4.

Iwan juga menambahkan satu perbedaan lagi antara penyebaran HMPV di negara tropis, seperti Indonesia, dan negara-negara yang memiliki empat musim, seperti Cina. “Di negara empat musim, setiap tahun terjadi peningkatan jumlah kasus influenza pada musim dingin. Sedangkan di negara tropis, peningkatan jumlah kasus influenza terjadi pada musim hujan,” kata ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini. l

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus