Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pendahulunya, Paus Benediktus, mungkin lebih menyukai musik ciptaan Wolfgang Amadeus Mozart, tetapi Paus Fransiskus sangat menggemari sepak bola. Bagi dia, sepak bola adalah permainan yang paling indah dan juga sarana yang pas untuk mendidik serta menyebarkan perdamaian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Paus Fransiskus pernah menerima sejumlah bintang sepak bola dunia seperti Lionel Messi, Diego Maradona, Zlatan Ibrahimovic dan Gianluigi Buffon di Vatikan setelah terpilih dalam konklaf tahun 2013. Ia juga menandatangani puluhan jersey dan bola dari seluruh dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia sering bercerita tentang masa kecilnya saat bermain di jalanan Buenos Aires. Laki-laki yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio itu bermain dengan menggunakan bola yang terbuat dari kain perca. Sri Paus bukan pemain yang bisa bersepak bola dengan baik. Ia lebih sering bermain sebagai penjaga gawang, yang menurutnya, merupakan cara yang baik untuk belajar bagaimana menanggapi bahaya yang bisa datang dari mana saja.
Kecintaannya pada sepak bola tidak dapat dipisahkan dari kesetiaannya pada klub San Lorenzo di Buenos Aires. Di sana, ia sering pergi menonton pertandingan bersama ayah dan saudara-saudaranya. "Itu adalah kisah yang romantis," ujar dia, mengenang masa lalunya, seperti dikutip dari abs-cbs.com.
Ia mempertahankan keanggotaannya bahkan setelah menjadi Paus. Kegemparan terjadi ketika ia menerima kartu anggota dari klub saingannya, Boca Juniors, sebagai bagian dari kemitraan pendidikan Vatikan. Fransiskus terus mengikuti perkembangan klub berkat salah seorang Garda Swiss Vatikan, yang meninggalkan kabar hasil pertandingan dan klasemen Liga Argentina di meja kerjanya.
Sepak Bola Di Luar Kepentingan Pribadi
Sepak bola sering dibandingkan dengan agama bagi para penggemarnya. Paus Fransiskus telah menyelenggarakan banyak misa besar di stadion sepak bola selama perjalanan ke luar negeri.
Uskup Prancis Emmanuel Gobilliard, delegasi Vatikan untuk Olimpiade 2024 di Paris, mengatakan bahwa Paus Fransiskus memahami peran penting dari sepak bola. "Apakah Anda seorang pemain sepak bola amatir atau profesional, apakah Anda suka menontonnya di televisi, tidak ada bedanya. Olahraga ini adalah bagian dari kehidupan orang-orang," kata dia.
Namun, itu bukan tujuan akhir. Paus Fransiskus, seorang Jesuit Argentina, juga melihat sepak bola sebagai cara menyebarkan perdamaian dan pendidikan, meskipun ia juga sadar ada potensi permainan uang dan korupsi dalam mengelolanya.
Pada tahun 2014, stadion Olimpiade di Roma menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola antar-agama untuk perdamaian atas inisiatifnya. "Banyak yang mengatakan bahwa sepak bola adalah permainan terindah di dunia. Saya juga berpikir begitu," ucap Fransiskus pada tahun 2019.
Pada awal tahun 2013, saat berbicara kepada Tim Italia dan Argentina, Gobilliard bercerita, Paus Fransiskus mengingatkan para pemain tentang tanggung jawab sosial mereka dan memperingatkan tentang ekses sepak bola sebagai bisnis. “Seperti halnya agama, tujuan dalam sepak bola adalah untuk mengutamakan kepentingan kolektif, melampaui kepentingan individu. Kita melayani sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, yang melampaui kita secara kolektif dan pribadi,” kata Gobilliard.
Hormat Paus Fransiskus pada Pele
Kecintaan Paus terhadap permainan sepak bola mengilhami sebuah adegan dalam film populer Netflix berjudul ”The Two Popes”. Dalam film itu, mantan Paus Benediktus XVI dan Kardinal Jorge Bergoglio saat itu menonton final Piala Dunia 2014 antara Jerman dan Argentina.
Cerita itu fiksi belaka. Paus Fransiskus sudah berhenti menonton televisi pada tahun 1990, tahun ketika Jerman Barat mengalahkan Argentina di final Piala Dunia di Italia. Fransiskus tidak pernah bercerita tentang Piala Dunia 1978 di Argentina. Turnamen itu berlangsung di tengah kediktatoran junta militer Jorge Rafael Videla bersamaan dengan momen Fransiskus menjadi pemimpin provinsi Jesuit.
Paus Fransiskus memuji Maradona. Menurut dia, gol “Tangan Tuhan" Maradona telah membantu Argentina mengalahkan Inggris dalam pertandingan perempat final Piala Dunia 1986. Gol itu mendunia dan menjadi catatan sejarah sepak bola sejagad raya. "Ketika, sebagai Paus, saya menerima Maradona di Vatikan beberapa tahun yang lalu. saya bertanya kepadanya, dengan bercanda, 'Jadi, tangan mana yang bersalah?'" kata dia.
Meskipun keterikatannya dengan San Lorenzo terlihat jelas, ia berusaha untuk tidak memihak. Pada tahun 2022, sebelum final Piala Dunia antara Prancis dan Argentina di Qatar, ia meminta pemenang untuk merayakan kemenangan dengan kerendahan hati.
Paus juga pernah mendapat pertanyaan tentang siapa yang terhebat, Diego Maradona atau Lionel Messi. Paus Fransiskus menjawabnya dengan tidak yakin. "Maradona, sebagai pemain, hebat. Namun sebagai manusia, ia gagal," kata Fransiskus, merujuk kisah Maradona melawan kecanduan kokain dan alkohol.
Ia menggambarkan Messi sebagai manusia sejati. Tetapi, alih-alih menyebut siapa yang terbaik, Paus Fransiskus justru memilih alternatif ketiga: Pele. Ia menyebut legenda sepak bola Brasil itu sebagai “pria yang memiliki ketulusan hati".
Cerita kegilaan Paus Fransiskus kini hanya bisa dikenang. Ia wafat pada Senin, 21 April 2025, di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan. Pada pukul 09.45, Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Kamar Apostolik, mengumumkan wafatnya Paus Fransiskus yang berusia 88 tahun dari Casa Santa Marta.
Pilihan Editor: Persaingan Inter Milan dan Napoli untuk Scudetto Memanas