Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KADO kemenangan telak 6-0, Inggris atas Jamaika, itu semestinya membahagiakan Paul Robinson-. Gawangnya steril dari gol—hal yang paling diidamkan oleh ki-per mana pun. Tapi kemenangan itu rupa-nya tak cukup meredakan rasa waswas kiper nomor satu tim Inggris itu.
Yang bikin Robinson cemas bercampur- jengkel adalah bola baru Piala Du-nia- 2006: Teamgeist. Kiper muda dan ganteng itu mengeluh sulit beradaptasi de-ngan bola buatan Adidas itu, walau te-lah sebulan berlatih. ”Bobotnya terlalu- ringan, seperti bola voli,” ujar pria 27 tahun itu. ”Ini menyulitkan kiper.”
Kiper Tottenham Hotspur itu bukan sa-tu-satunya pemain yang mengutuk Teamgeist. Pemain belakang Brasil Ro-ber-to Carlos dan kiper Jerman Jens -Leh-mann juga punya keluhan senada. ”Sa-at hujan, bola juga menjadi sangat ti-dak- nyaman, lebih licin dari bola biasa,” ka-ta Lehmann.
Sebegitu burukkah Teamgeist? -Kap-ten- Ing-gris David Beckham tak sepakat -de-ngan keluhan Robinson dan Lehman. Ge-landang yang gemar bikin tendangan- pisang itu menilai, justru Teamgeist ada-lah bo-la yang sangat akurat. Pe-nelitian Adidas juga membuktikan, bo-la baru ini 30 per-sen lebih akurat ke-tim-bang bola biasa.
Teamgeist adalah pendobrak sejarah. Begitulah kata Adidas, produsen alat-alat olahraga asal Jerman. Bentuk dan jumlah lapisan penutupnya (panel) sa-ngat ber-beda dengan bola konvensional-. Bola biasa umumnya dilapisi 32 panel- -ber-bentuk segi enam dan lima. Adidas memangkas jumlah panel menjadi 14 pa-nel- berbentuk baling-baling. Tujuannya, ka-ta bos Adidas Group, Herbert Hainer-, agar bola bulat mendekati sempurna. ”Akurasi akan meningkat karena kemungkinan pemain menendang bagian halus bola semakin besar,” kata dia.
Adidas merancang bola ini bersama Bayer. Mereka membuat lapisan spesial- pada kulit Teamgeist. Untuk menjaga ben-tuk, tuturnya, Bayer telah mening-katkan ketebalan kulit bola dari 0,9 -menjadi 1,1 milimeter. Selain itu, Bayer- ju-ga menyisipkan busa polyurethane yang dibangun dari jutaan bola kecil berisi gas. Busa ajaib ini menjamin bentuk bola segera pulih setelah ditendang.
Perbedaan mencolok lainnya dengan- bola konvensional adalah cara menem-pelkan panel. Bayer tak lagi menggunakan teknik jahitan, tapi pe-nempelan panas. Panas akan melunakkan permuka-an- se-rat dan membuatnya meleleh-, dan membentuk ikatan. Saat serat dingin, ikatan ini akan mengeras. ”Sambungan dan jahitan mengganggu aliran udara di permukaan bola dan mengubah gerakan bola,” ujar Manajer Pro-yek Pengembangan Bo-la di Bayer Material Science, Thomas Michaelis.
Ken Bray, penulis buku How to Score-Science and the Beautiful Game, memberikan pandangan ber-beda. Menurut pene-liti dari Universitas Bath, Inggris, ini pe-rilaku Teamgeist yang punya 14 panel se-ma-kin mendekati perilaku bola baseball yang hanya punya dua panel.
Pada bola baseball, kata dia, dikenal istilah knuckleball (bola yang digenggam dengan- buku jari tangan). Istilah ini mengacu pada bola yang memiliki gerakan tidak stabil saat dilempar dengan teknik tertentu. Teknik ini membuat bola hanya berputar sebentar di udara, selanjutnya melaju seperti pe-luru. Hasilnya, ”Bola akan terbang secara acak dan menyulitkan pemukul,” tuturnya.
Cara ini, menurut Bray, bila dipraktekkan di sepak bola—meski tidak mudah—bisa jadi senjata andalan. Bola ditendang dan hanya diberi sedikit pelin-tiran. Bola dengan kecepatan putar rendah ini susah ditebak arahnya. Kalau perhitungan Bray yang benar, Teamgeist akan menjadi senjata pamungkas bagi spesialis penghasil tendangan pisang seperti David Beckham, Thierry Henry, dan Ronaldinho.
Efri Ritonga (BBC, Soccer Ball World, Sport Bayer, dan Adidas)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo