Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ORANG-ORANG TERCINTAPengarang: Soekanto SAPenerbit: Kompas, Februari 2006Tebal: 160 halaman + vii
KAKEK menunjukkan gambar di surat kabar. Presiden kita ketika berkunjung ke Jepang disambut sendiri oleh Kaisar Hirohito di lapangan terbang Haneda. Kakek menangis karena bahagia. Dulu, pada zaman penjajahan, tak akan terjadi peristiwa seperti itu.
Itulah secuplik Air Mata Kakek, salah satu cerita dalam Orang-orang Tercinta. Kumpulan cerita pendek karya Soekanto S.A. yang dimuat di majalah Si Kuncung yang terbit di era 1950-1970. Air Mata Kakek kisah tentang seorang lelaki yang menjalani masa mudanya sebelum Indonesia merdeka, dan masa tuanya setelah negeri ini mulai membangun. Cerita biasa, cerita sehari-hari yang dituangkan dalam kalimat-kalimat pendek, plot sederhana, mengandung pesan moral yang jelas, tapi sama sekali tak menggurui.
Cerita dalam Si Kuncung-termasuk dalam Orang-orang Tercinta-memang gampang menggiring pembacanya ke alam nostalgia. Ada setting cerita yang merupakan milik sebuah generasi semata, baik dalam istilah seperti sekolah rakyat atau volkschool maupun dalam lukisan panorama-misalnya banyaknya be-cak yang berseliweran di Ibu Kota tahun 1966. Tapi Orang-orang Tercinta punya sesuatu yang istimewa dan universal: pengelola-an bahasa yang sanggup menyampaikan pesan yang ber-bobot dalam ungkapan sederhana.
Itulah yang kita peroleh dalam Sembahyang Jumat di Sekolah (hlm. 83), Doa Sebelum Tidur (hlm. 99), atau Makan yang Kenyang (hlm. 110). Dalam cerita ter-akhir itu Soekanto berkisah tentang dua anak yang hobinya menyikat makanan tanpa berdoa. Sang ibu mengingatkan, "Makanan itu dari Tuhan. Bapak dan ibu hanya perantara." Lalu mereka berdoa dan makanan pun terasa lebih nikmat.
Sesekali Soekanto menyusupkan tema "serius" seperti perceraian. Dalam Azan Memanggil, seorang anak melihat ayah-ibunya bertengkar dan takut keduanya bercerai. Tentu saja cerita ber-akhir bahagia. Mereka bertiga salat berjemaah setelah azan.
Soekanto kini seorang kakek 76 tahun. Dan ia telah menghasilkan 500 judul cerita pendek dan 30 buku bagi pembaca kecil. Ia banting setir menjadi penulis cerita anak setelah Pemimpin Redaksi Si Kuncung, Sudjati S.A., pada 1956 berhasil meyakinkannya bahwa cerita anak bernilai sastra juga.
Memang, bacaan anak (children literature) menjadi genre tersendiri dalam dunia sastra. Kamus Wikipedia mendefinisikan literatur anak sebagai tulisan yang dikhususkan untuk konsumsi alam pikiran anak. Misalnya Tom Sawyer atau Huckleberry Finn karangan Mark Twain.
Di Indonesia sendiri ada sederet judul karya sastrawan angkatan Balai Pustaka yang sebetulnya membidik anak-anak. Misalnya Si Doel Anak Djakarta karya Aman atau Samin karangan Mohammad Kasim. Tapi, se-iring dengan perkembangan zaman, buku-buku itu seolah lenyap dari rak-rak bertajuk buku anak.
Keduanya buku istimewa. Peng-amat-penulis cerita anak Murti Bunanta mencatat betapa dekatnya Si Doel dan Samin dengan keseharian seorang anak. Mereka bermain, berkelahi, bersekolah, dan melakukan segenap kegiatan yang memang menjadi keseharian anak-anak Indonesia. Kian istimewa lantaran buku itu dibungkus latar belakang budaya lokal, Sumatera Utara dan Jakarta.
Soekanto-sebelumnya ia banyak menulis di Mimbar Indonesia-meng-akui susahnya menulis cerita anak. Tapi dalam Orang-orang Tercinta kita pun bisa menyaksikan sebuah hasil pergulatan untuk memasuki dan berkreasi di dunia yang kita semua pernah lalui tapi sudah terlupakan itu.
Andari Karina Anom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo