Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kompetisi sepak bola Liga 1 akan bergulir lagi mulai 5 Oktober mendatang. Perubahan peraturan mungkin akan terjadi, termasuk untuk menangani aksi rasis suporter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kompetisi Liga 1, yang dihentikan pada pekan ke-23 karena kematian suporter Persija, Haringga Sirila, akibat dikeroyok Bobotoh Persib, akan kembali bergulir. Hal ini dipastikan seusai Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) berkirim surat kepada operator liga, PT Liga Indonesia Baru, melalui surat bernomor 4302/UDN/1958/X-2018.
Baca: Kasus Haringga, Ini 5 Hukuman Komdis PSSI untuk Persib Bandung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surat yang ditulis pada Senin, 1 Oktober, tersebut berisi tentang pemberitahuan pencabutan status penghentian sementara Liga 1. "Mencabut penghentian sementara Liga 1 2018," demikian isi surat yang ditandatangani Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria. "Meminta PT Liga Indonesia Baru untuk dapat kembali menjalankan Liga 1 2018 terhitung tanggal 5 Oktober 2018."
Saat bergulir kembali, aturan baru mengenai penghentian pertandingan mungkin diterapkan. PSSI sudah menerima masukkan ihwal sanksi yang pantas bagi setiap aksi kekerasan yang terjadi dalam pertandingan. Wakil Ketua PSSI Joko Driyono mengatakan sanksi berupa penghentian pertandingan bila terjadi aksi rasis atau kebencian perlu dirumuskan kembali. "Harus dirumuskan bila ada rasis lalu pertandingan dihentikan," ujarnya di Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin lalu.
Joko menuturkan usul yang disampaikan berupa penghentian pertandingan bila terjadi aksi rasis membutuhkan waktu untuk dikonsolidasikan. Kalaupun ternyata proses konsolidasi bisa tuntas dalam waktu dekat, Joko menilai upaya koordinasi dengan PT Liga Indonesia Baru, klub, dan panitia pelaksana harus dilakukan.
Kementerian Pemuda dan Olahraga menggelar diskusi dengan berbagai elemen untuk mencari solusi agar aksi kekerasan tidak terjadi lagi dalam pertandingan sepak bola. Elemen yang hadir dalam diskusi itu antara lain PSSI, para manajer klub Liga 1, Kepala Badan Intelkam Mabes Polri, Asosiasi Pemain Profesional Indonesia, dan pemimpin kelompok suporter. Salah satu usul yang muncul ke permukaan dari pertemuan itu ialah penghentian pertandingan bila terjadi aksi rasis.
Lebih lanjut, Joko menyatakan PSSI tidak bisa serta-merta menerapkan usulan itu dalam pertandingan Liga 1 nanti. Begitu juga dengan wacana pengurangan poin bagi klub yang suporternya melakukan aksi kekerasan.
Joko mengatakan, dalam kode disiplin yang dianut federasi, berbagai hukuman sudah menjadi pertimbangan. Karena itu, federasi tidak perlu menambahkan sanksi atau aturan baru. "Kode disiplin telah mencakup semua kemungkinan hukuman," ucapnya.
Ihwal adanya permintaan klub agar kompetisi Liga 1 bisa bergulir pada 5 Oktober, Joko menyebut sudah mengetahuinya. PSSI, kata dia, akan menunggu hasil sidang Komisi Disiplin (Komdis) sebelum mengambil keputusan lebih lanjut. "Jika Komdis telah ambil keputusan, PSSI akan kirimkan surat ke Liga untuk segera jadwalkan," tuturnya.
Joko menjelaskan, Komdis saat ini masih melakukan pembahasan. Ia tak tahu kapan persisnya sidang atau keputusan akan dikeluarkan Komdis mengenai kasus kekerasan yang terjadi sebelum pertandingan Liga 1 antara Persib Bandung dan Persija Jakarta di Bandung, pekan lalu.
Adapun Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi meminta PSSI menindaklanjuti masukkan dari pertemuan dengan perwakilan suporter. Pasalnya, suporter merupakan bagian dari klub yang harus diedukasi dan dirawat. Imam juga menyampaikan kompetisi Liga 1 bisa kembali dilanjutkan bila evaluasi sudah dilakukan. "Kalau dianggap cukup dengan segala evaluasi dan penyiapan regulasi, silakan diputar lagi," katanya.
ADITYA BUDIMAN