Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Benteng Terakhir Maghribi

Penjaga gawang Maroko, Yassine Bounou, menjadi pahlawan saat tim berjulukan Singa Atlas itu mengalahkan Spanyol di babak 16 besar Piala Dunia 2022 lewat adu penalti. Tak satu pun dari tiga algojo La Furia Roja yang bisa melewati benteng yang dibangun Bounou. Pemain berusia 31 tahun itu diharapkan bisa kembali tampil cemerlang saat melawan Portugal di babak perempat final pada Sabtu mendatang.

8 Desember 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemain Maroko Yassine Bounou melakukan selebrasi bersama rekannya setelah mengalahkan Spanyol pada pertandingan Babak 16 Besar Piala Dunia di Stadion Education City, Al Rayyan, Qatar, 6 Desember 2022. REUTERS/Matthew Childs

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yassine Bounou sempat bikin geger saat laga Maroko melawan Belgia di Stadion Al Thumama, 27 November lalu. Penjaga gawang tim nasional Maroko tersebut mendadak minta diganti menjelang pertandingan kedua Grup F Piala Dunia 2022 itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal Bono—nama panggilan Yassine Bounou—sempat berdiri di lapangan untuk menyanyikan lagu kebangsaan bersama sepuluh rekannya. Namun ia berlari ke pinggir lapangan dan berkomunikasi dengan pelatih serta tim medis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasilnya, Bono urung tampil. Posisi penjaga gawang Maroko akhirnya diisi oleh Munir Mohand Mohamedi. Di akhir cerita, Maroko sukses menundukkan Belgia dengan skor 2-0.

Sejumlah media Inggris dan Prancis menyebutkan Bono sengaja meminta diganti lantaran mengalami kendala pada matanya. Secara tiba-tiba setelah menyanyikan lagu kebangsaan Maroko, penjaga gawang milik Sevilla itu mengalami gangguan penglihatan dan sedikit pusing. Tak mau ambil risiko, ia memilih rehat.

Kemarin, di Stadion Education City, Doha, Bounou kembali bikin geger. Kali ini ia tampil apik dalam laga hidup-mati Maroko di babak 16 besar Piala Dunia 2022. Sepanjang 120 menit—waktu normal ditambah 2 x 15 menit babak tambahan—pemain berusia 31 tahun itu mampu menjaga gawang dari gempuran Pedri Gonzalez cs. Skor berakhir 0-0.

Kiper Maroko, Yassine Bounou (kiri), saat bertanding melawan Kroasia di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, 23 November 2022. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Lanjut ke adu penalti, Bono seketika menjelma menjadi benteng yang tak memiliki celah. Tiga eksekutor La Furia Roja, yakni Pablo Sarabia, Carlos Soler, dan Sergio Busquets, gagal menyarangkan bola ke gawang Maroko. Sebaliknya, algojo Maroko, yakni Abdelhamid Sabiri, Hakim Ziyech, dan Achraf Hakimi, sukses menjebol gawang Unai Simon. Skor 3-0 untuk Maroko dalam babak adu penalti tersebut.

Hasilnya, tim berjulukan Singa Atlas itu berhak melaju ke babak perempat final Piala Dunia 2022. Inilah prestasi terbaik Maroko sepanjang sejarah mereka dalam Piala Dunia.

Bono menjadi pemain Maroko yang mendapat pujian setinggi langit. Faktanya, menggagalkan satu tembakan penalti saja berat. Namun Bono mampu menepis dua tembakan Soler dan Busquets. Adapun tembakan Soler membentur tiang. Meski begitu, tebakan arah Bono sudah tepat.

Walhasil, Bono tercatat sebagai penjaga gawang pertama dan satu-satunya dari tim asal Afrika yang mampu menepis dua tembakan penalti dalam satu pertandingan di Piala Dunia. Tentu Bono senang bukan main atas capaiannya itu. Alih-alih gembira atas capaian ciamiknya tersebut, Bono lebih senang dengan prestasi Maroko melaju sampai babak perempat final.

"Ini hasil yang luar biasa untuk semua pemain. Kami bermain sangat luar biasa," kata pemain berpostur tinggi badan 192 sentimeter itu.

Soal rahasia sukses menebak arah tembakan tiga algojo Spanyol, Bono merendah. Ia mengaku hanya sedang beruntung. "Ada sedikit tebakan saja dan keberuntungan. Tidak banyak yang bisa Anda katakan tentang itu," kata dia.

Bounou Gagalkan Penalti di Sevilla

Satu hal yang unik dari aksi Bounou kemarin adalah gayanya saat berhadapan dengan penendang Spanyol. Ia melakukan gerakan tipu ke kanan dan kiri sebelum melompat menghalau bola.

Kegeniusan Bounou dalam menggagalkan penalti juga terjadi dalam laga krusial Sevilla melawan Wolverhampton Wanderers di babak perempat final final Liga Europa pada Agustus 2020. Dia mematahkan tendangan penalti Raul Jimenez, yang dikenal sebagai eksekutor andal.

Saat itu, Bounou juga melakukan gerakan tipu seperti meliuk-liuk saat Jimenez mengambil ancang-ancang. Hasilnya, bola sepakan Jimenez gagal masuk gawang. Kebetulan Bounou sempat satu tim dengan Jimenez di Atletico Madrid pada 2016. Jadi, Bounou paham betul bagaimana Jimenez mengambil tendangan penalti. "Jimenez selalu melambatkan langkah sedikit setelah ancang-ancang sembari melihat gerakan kiper. Ya sudah, saya tipu dia," kata Bounou kala itu.

Meski lahir di Montreal, Kanada, ia justru menghabiskan waktu di Spanyol. Ia memang memulai jalan menjadi penjaga gawang di Wydad Casablanca, sebuah klub besar di Maroko. Dari tim akademi, ia sukses masuk tim inti pada 2010.

Selanjutnya, Bounou hijrah ke Spanyol. Pertama, ia masuk akademi Atletico Madrid hingga tim B pada 2012-2014. Sayangnya, Bounou kesulitan menembus tim inti Los Colchoneros. Musababnya, ia kalah bersaing dengan Thibaut Courtois yang saat itu menjadi andalan Atletico.

Walhasil, Bono hijrah ke Real Zaragoza selama satu musim 2014/2015. Di Zaragoza, ia mendapat jam terbang meski hanya tampil dalam kompetisi Segunda Division atau satu tingkat di bawah La Liga. Selanjutnya, Bounou pindah ke Girona pada 2016.

Bersama Blanquivermells—julukan Girona—Bounou sukses membawa tim promosi ke La Liga pada musim 2017/2018. Kemampuan Bounou makin terasah bersama Girona hingga pindah ke Sevilla sejak 2019 hingga sekarang. Di Los Nervionenses—julukan Sevilla—Bounou menjadi kiper utama.

Puncak karier Bounou tercapai pada musim 2021/2022. Ia dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik Liga Spanyol versi media Spanyol, Marca. Sepanjang musim itu, ia kebobolan 24 gol dari 31 pertandingan, yang membuatnya memiliki rasio 0,77 gol per laga.

Ia unggul dari kiper Real Madrid, Courtois, yang kebobolan 29 gol dari 36 laga dan mencatatkan rasio 0,81 gol per laga. Walhasil, Bono merebut trofi Zamora atau gelar kiper terbaik satu musim La Liga. Akhirnya, ia bisa juga mengalahkan Courtois.

Maka, wajar sejumlah media Inggris menulis bahwa kesuksesan Bounou membawa Maroko ke babak perempat final sebagai pil pahit bagi sepak bola Spanyol. Sebab, Bounou dan sejumlah pemain Maroko, seperti Youssef En-Nesyri, Jawad El Yamiq, dan Abdee Ezzalzouli, merintis karier sepak bola di Spanyol.

Seperti Bounou, En-Nesyri merumput bersama Sevilla. Adapun El Yamiq bermain untuk Real Valladolid, sementara Ezzalzouli sempat masuk akademi Barcelona sebelum dipinjamkan ke Osasuna. Selain itu, ada Achraf Hakimi yang merupakan jebolan akademi Real Madrid.

Kini, Bounou dijagokan lagi di babak perempat final melawan Portugal di Stadion Al Thumama, Sabtu mendatang. Kemungkinan besar Bounou masih akan menjadi pilihan utama pelatih Walid Regragui.

Kesuksesan menggagalkan adu penalti melawan Spanyol jelas menjadi modal Regragui memilih Bounou saat berhadapan dengan Cristiano Ronaldo cs. "Bila memiliki penjaga gawang seperti Bounou, Anda punya setiap peluang untuk lolos meski berisiko adu penalti," kata Regragui.

INDRA WIJAYA | FIFA | MARCA | REUTERS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus