Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Timnas Uruguay, Kuda Hitam Piala Dunia 2022; Punya Suarez, Nunez, dan Valverde

Timnas Uruguay dianggap sebagai kuda hitam di Piala Dunia 2022 Qatar. Mereka memiliki kombinasi pemain senior berpengalaman dan pemain muda brilian.

5 November 2022 | 16.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Uruguay dianggap sebagai salah kuda hitam dalam Piala Dunia 2022 Qatar. Mereka memiliki kombinasi materi pemain senior berpengalaman dan pemain muda yang brilian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua gelar juara adalah bukti bahwa Timnas Uruguay pernah menjadi kekuatan dominan sepak bola dunia. Kini, bintangnya tidak bersinar seterang sebelumnya, tapi mereka masih bisa membuat banyak keributan di Qatar, dengan mengandalkan tim yang mengandalkan perpaduan para veteran dan anak-anak muda yang bersemangat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masa kepelatihan Oscar Tabarez yang merentang selama 15 tahun berakhir Desember 2021 lalu setelah mengalami empat kekalahan beruntun dalam kampanye kualifikasi Piala Dunia 2022. Diego Alonso yang menjadi penggantinya tampil mengesankan. Ia mampu membalikkan keadaan dengan memenangkan empat pertandingan pertamanya dan mampu mengantar tim lolos ke Qatar.

Tim berjulukan 'La Celeste' mungkin masih sangat bergantung pada pemain tua seperti Luis Suarez, Edinson Cavani dan Diego Godin. Tetapi mereka juga memiliki talenta baru yang mengesankan, serpti Darwin Nunez, Federico Valverde, dan Rodrigo Bentancur.

Luis Suarez memuji para juniornya di tim. "Mereka adalah pemain yang berada di level dunia yang hebat. Mereka membuat perbedaan secara fisik dan teknis," kata Suarez kepada Marca.

Pemain timnas Uruguay, Luis Suarez. REUTERS/Mariana Greif

"Skuad kami, campuran pengalaman dan pemain muda, memiliki banyak kualitas, dan itu akan memiliki pengaruh besar pada Piala Dunia."

Baca Juga: 5 Catatan Hitam Piala Dunia 2022

Cari Keseimbangan

Pelatih Diego Alonso, bagaimanapun, masih harus mencari keseimbangan yang paling tepat untuk memadukan pemain veteran dan bintang mudanya. Sejauh ini ia dianggap belum menemukan sistem terbaik untuk mengkombinasikan mereka.

Diego Godin, kapten dan bek tengah, memainkan paling banyak menit dalam kampanye kualifikasi Uruguay. Tapi, ia sudah di ujung kariernya. Usianya sudah 38 dan kerap diganggu cedera, sehingga  absen saat uji coba melawan Iran dan Kanada, September lalu.

Duo Suarez-Cavani tampil mengesankan pada tiga Piala Dunia sebelumnya. Keduanya berkombinasi menghasilakan 126 gol dan telah lama menjadi ciri khas serangan Uruguay. Tetapi Alonso tampaknya telah memutuskan bahwa ia tidak dapat terus memasangkan kedua pemain berusia 35 tahun itu bersama-sama.

Nunez terlihat lebih cocok untuk bermain di Uruguay dengan 4-4-2. Ia telah dicoba dan dipercaya bermain bersama Cavani atau Suarez,. Namun, peran tenaga muda lebih krusial di lini tengah. Matias Vecino berpadu dengan Valverde dan Bentancur.

Saat melawan Iran, Uruguay kebobolan satu-satunya gol dalam pertandingan itu  setelah Alonso mengeluarkan Vecino. Mereka pun tampak lebih rentan di lini belakang setelah menaril gelandang bertahan itu dalam kemenangan 2-0 mereka atas Kanada.

Kondisi itu tak ideal untuk Piala Dunia. Kelemahan di lini tengah akan membuat dihukum oleh lawan yang lebih kuat. Dan di Grup H, lawan mereka tidaklah mudah: Portugal, Ghana, dan Korea Selatan.

Uruguay mampu mengalahkan Portugal, yang saat itu berstatus juara Eropa, di Piala Dunia Rusia 2018 dalam perjalanan ke perempat final. Mereka juga mampu mengalahkan Ghana dan Korea Selatan dalam perjalanan ke empat besar pada Piala Dunia 2010, torehan terbaik mereka sejak 1970.

Jika Alonso dapat memecahkan dilema seleksi yang terlihat membingungkan pelatih pendahulunya, Timnas Uruguay dapat berada di posisi yang tepat untuk lolos ke babak 16 besar.

Selanjutnya: Jejak di Piala Dunia Sebelumnya dan Performa Terkini

Performa Timnas Uruguay di Piala Dunia Sebelumnya:

Uruguay menjuarai Piala Dunia perdana di ibu kota mereka, Montevideo, pada 1930. Mereka kemudian mengangkat trofi lagi pada 1950 dengan mematahkan hati tuan rumah Brasil. 

Setelah gagal lolos ke tiga dari empat Piala Dunia antara 1994 dan 2006 dan tersingkir di babak penyisihan grup di babak lain, Uruguay mencapai semifinal pada 2010. Ini torehan terjauh yang mereka tempuh sejak 1970. 

Mereka kalah dari Kolombia di babak 16 besar pada Piala Dunia 2014. Uruguay juga kalah di perempat final Piala Dunia 2018 dari Prancis yang akhirnya menjadi juara.

Jejak di Kualifikasi Piala Dunia 2022

Kampanye kualifikasi 18 putaran yang melelahkan dijalani Uruguay dengan didampingi pelatih lama Oscar Tabarez. Namun, torehan hasil yang tak memuaskan membuat tongkat estafer pelatih beralih ke Diego Alonso, yang memastikan tempat mereka di Piala Dunia setelah memimpin empat kemenangan beruntun sejak mengambil alih pada Desember.

Tabarez dibebani oleh kombinasi cedera dan serangkaian pertandingan yang berat. Uruguay menderita kekalahan telak dari Argentina, Brasil, dan Bolivia dalam empat kekalahan beruntun sebelum kembali ke jalurnya di bawah Alonso.

Pemain depan veteran Luis Suarez mencetak gol terbanyak dengan delapan gol saat Uruguay memenangi delapan pertandingan dan mencetak 22 gol tetapi kebobolan sama banyaknya. Mereka finis ketiga di belakang Brasil dan Argentina.

Performa Terkini:

Uruguay mengalahkan Meksiko 3-0, bermain imbang 0-0 dengan Amerika Serikat, dan mengalahkan Panama 5-0 pada Juni untuk melanjutkan rekor tak terkalahkan mereka di bawah Alonso. Mereka kalah 1-0 melawan Iran - kekalahan pertama mereka di bawah pelatih baru - sebelum mengalahkan Kanada 2-0 dalam pertandingan persahabatan September mereka.

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus