Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jawa Tengah yang dikitari lima gunung, terdapat Komunitas Lima Gunung yang telah berhasil menyatukan kearifan lokal dan seni budaya. Melalui Festival Lima Gunung yang diadakan setiap tahun, mereka menghidupkan warisan budaya daerah ini dalam bentuk tarian, musik, dan beragam pertunjukan seni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengenal Komunitas Lima Gunung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komunitas Lima Gunung didirikan dengan menciptakan sebuah paradigma seni yang mendorong dimensi kehidupan bersama dalam menghadapi berbagai fenomena dalam masyarakat kontemporer. Fokus pada kebebasan berekspresi, mereka berhasil menarik perhatian masyarakat dan pengamat seni dengan membuka wacana baru dalam eksplorasi seni.
Menurut artikel dari situs blog Komunitas Lima Gunung, perkumpulan ini merupakan wadah bagi para pecinta alam, pendaki, dan pemerhati budaya untuk bersatu dan saling mendukung dalam menjaga keindahan alam serta kearifan lokal di sekitar lima gunung tertinggi Indonesia.
Kelima gunung tersebut adalah Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Sumbing, Gunung Andong, dan Perbukitan Menoreh. Komunitas ini memiliki tujuan mulia, yaitu memperkenalkan dan melestarikan alam serta budaya sekitar lima gunung tersebut.
Inisiatif ini diprakarsai oleh Sutanto Mendut. Mayoritas anggotanya adalah petani yang juga mengejar aktivitas seni dalam kelompok masing-masing di setiap dusun.
Festival Lima Gunung dan Karya Lainnya
Festival Lima Gunung, seperti yang dilansir dari situs Kemendikbud, telah menjadi momentum penting dalam kalender budaya Indonesia. Setiap tahunnya, festival ini menghadirkan beragam kegiatan yang menggabungkan keindahan alam, seni, dan budaya.
Para peserta dan pengunjung festival dapat menikmati pameran budaya, pertunjukan seni tradisional, lomba fotografi, serta berbagai lokakarya yang mengedukasi tentang alam dan kearifan lokal.
Seorang pemerhati seni budaya Magelang, Jawa Tengah Muhammad Nafi menyebut bahwa festival ini sebagai wadah yang membangkitkan memori kemandirian budaya dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melestarikan warisan budaya dan alam.
Menurutnya, festival tersebut berhasil menjembatani generasi muda dengan pengetahuan tentang tradisi dan kearifan lokal, sebagaimana dikutip dari Antaranews.
Tidak hanya itu, seperti yang terungkap dalam artikel Komunitas Lima Gunung juga pernah mengenang penyair besar Indonesia, Rendra.
Mereka menggelar acara "Dari Lima Gunung untuk Rendra" yang menampilkan berbagai karya sastra, musik, dan seni yang terinspirasi dari pemikiran Rendra. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas ini juga berperan dalam mempromosikan dan menjaga semangat seni dan budaya Indonesia.
Festival Lima Gunung dan Komunitas Lima Gunung secara bersama-sama memberikan kontribusi yang signifikan dalam melestarikan alam, budaya, dan seni Indonesia. Dengan semangat kebersamaan, mereka terus mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam menjaga dan mempromosikan pesona lima gunung serta keragaman budaya Indonesia.