Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Nonton The Ministry of Ungentlemanly Warfare, Ini Komentar Komunitas Reenactor Indonesia

Screening film The Ministry of Ungentlemanly Warfare dihadiri oleh komunitas Indonesian Reenactors (IDR) yang berseragam ala tentara Inggris dan Nazi.

10 Mei 2024 | 12.30 WIB

Anggota komunitas edukatif Indonesian Reenactors (IDR) ketika menghadiri acara penayangan perdana film The Ministry of Ungentlemanly Warfare yang diadakan di XXI Plaza Indonesia, 8 Mei 2024. Keenamnya mengenakan kostum yang mereplika seragam lengkap tentara militer Inggris dan Nazi pada Perang Dunia II. TEMPO/Hanin Marwah Nurkhoirani
Perbesar
Anggota komunitas edukatif Indonesian Reenactors (IDR) ketika menghadiri acara penayangan perdana film The Ministry of Ungentlemanly Warfare yang diadakan di XXI Plaza Indonesia, 8 Mei 2024. Keenamnya mengenakan kostum yang mereplika seragam lengkap tentara militer Inggris dan Nazi pada Perang Dunia II. TEMPO/Hanin Marwah Nurkhoirani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Film aksi tentang peristiwa bersejarah yang terjadi pada Perang Dunia II, The Ministry of Ungentlemanly Warfare, akan segera tayang di bioskop Indonesia. Pada acara penayangan perdana film garapan Guy Ritchie tersebut di XXI Plaza Indonesia pada Rabu malam, 8 Mei 2024, turut hadir Komunitas Reenactor Indonesia yang langsung menarik perhatian dengan pakaian lengkap ala tentara perang Inggris dan tentara Nazi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berpayung di bawah nama Indonesian Reenactors (IDR) atau Reenactor Indonesia, komunitas yang sudah berdiri sejak 2008 tersebut merupakan wadah bagi para penikmat dan pemerhati sejarah yang menyalurkan hobinya dengan cara mempelajari dan mereka ulang peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut. Sebagai film yang diangkat dari kisah nyata, The Ministry of Ungentlemanly Warfare tentu tidak boleh absen dari daftar tontonan para penggiat sejarah tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau menurut saya, kita bisa lihat ini salah satu dokumen yang sifatnya rahasia, ya. Bahkan, kita sendiri, yang anggota reka ulang ini pun agak susah dapat akses ke sana karena biasanya dokumen-dokumen ini di-declassified baru kita bisa dapat dokumennya,” ucap Jason Purwa Adi selaku pemilik Dittoswerk Studio ketika diminta mengulas film tersebut. Pemilik studio yang menyuplai properti yang dibutuhkan komunitas IDR itu melanjutkan, “itu pun kita enggak bisa dapat dengan instan.” 

Berdasarkan penuturannya, bisa diketahui bahwa dokumen Winston Churchill tahun 2016 yang digunakan sebagai sumber data utama pembuatan film keluaran Black Bear Pictures dan Lionsgate itu bersifat sangat rahasia. “Menurut saya (film) ini memberi pandangan baru ya, karena kami pun enggak tahu ada declassified document seperti ini,” detail kejutan pada dokumen yang dimaksud Jason merujuk pada, salah satunya, adegan penyerangan sebuah pulau yang ada di Spanyol dalam film. Berdasarkan ulasannya tersebut, Jason juga menambahkan penilaian pribadinya dengan memberi angka 8 dari 10.

Para anggota Indonesian Reenactors (IDR) diminta berfoto bersama beberapa pengunjung lain yang juga datang pada acara penayangan perdana film The Ministry of Ungentlemanly Warfare yang diadakan di XXI Plaza Indonesia, 8 Mei 2024. TEMPO/Hanin Marwah Nurkhoirani

Sekilas tentang Indonesian Reenactors (IDR)

Berbasis di Jakarta, komunitas yang didirikan oleh Delly Soewandi dan Lucas Ony dengan mengumpulkan para pecinta sejarah sebagai seorang reenactor. Berdasarkan informasi yang tertera pada laman Facebook komunitas IDR di akun Nieuw Indonesian Reenactors (N-IDR), reenactor adalah penggiat sejarah yang melakukan impresi sejarah dengan cara mereka ulang adegan-adegan yang tercatat dalam sejarah secara detail dan otentik dalam upaya memperkenalkan sejarah kepada khalayak umum. 

Dikarenakan momen-momen bersejarah pastinya sudah berlangsung sejak lama, anggota IDR merasa perlu untuk mempelajarinya secara utuh tidak hanya dari data yang tertulis dalam buku-buku sejarah yang dipasarkan secara umum sebelum menuangkannya dalam wujud reka ulang. “Berdasarkan data-data yang kita dapat, misal dokumen sejarah, jurnal-jurnal, diary, atau bahkan foto-foto. Kita melakukan reka ulang dari sejarah tersebut,” ungkap Jason.

“Macam-macam, kita bisa dapat dari laman online seperti archive.org atau kita bisa dapat dari temen-temen yang berasal dari luar Indonesia, karena kan ada yang ngumpulin dokumen-dokumen seperti itu,” kata Jason menjawab pertanyaan mengenai sumber data-data sejarah yang mereka dapatkan tersebut. “Kita bisa trade atau kita bisa tanya langsung sama mereka informasinya seperti apa." Selain itu, mereka juga bisa mempelajari tambahan informasi dengan membeli dokumen yang dijual secara daring melalui platform belanja seperti eBay atau Etsy.

Salah satu wujud prestasi yang pernah ditorehkan para anggota IDR adalah diundang untuk mengisi acara-acara pemerintahan. Beberapa di antaranya adalah mereka ulang adegan bersejarah seperti peristiwa pembacaan naskah proklamasi untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus, mereka ulang kejadian Pertempuran Surabaya, serta peristiwa lain seperti Serangan Umum 1 Maret. 

Tentang Film The Ministry of Ungentlemanly Warfare

Film berdurasi dua jam tersebut mengisahkan sekelompok tentara militer Inggris yang dipilih secara eksklusif oleh Perdana Menteri Winston Churchill (diperankan oleh Rory Kinnear) yang membawa misi untuk menaklukan senjata mematikan Nazi pada Perang Dunia II, yaitu kapal tempur laut bernama U-Boat. Diproduseri Jerry Bukheimer, yang juga menjadi produser film Top Gun: Maverick, film ini dibintangi nama aktor dan aktris terkemuka dengan karakter inti yang merujuk pada tokoh-tokoh asli. 

Beberapa tokoh tersebut termasuk di dalamnya Gus March-Phillips yang diperankan oleh Henry Cavill, Anders Lassen yang dimainkan Alan Ritchson, Ian Fleming oleh Freddie Fox, dan seorang tokoh wanita bernama Marjorie Stewart yang diperankan  Eiza González. Selain itu, The Ministry of Ungentlemanly Warfare juga dibintangi Henry Golding, Alex Pettyfer, Babs Olusanmokun, Hero Fiennes Tiffin dan Cary Elwes.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus