Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diam-diam pengamat militer Jaleswari Pramodhawardhani menyukai dunia lembut seperti sastra, teater, dan tari. Sejak kanak-kanak, ia luwes membawakan tarian Jawa dan Sulawesi. Delapan tahun silam ia bahkan pernah menarikan Gandrung Banyuwangi di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Katanya, ”Sebetulnya tarianku lebih bagus ketimbang tulisanku.”
Bakat menarinya yang lama terkubur belakangan bangkit lagi setelah ia ngobrol dengan Sardono W. Kusumo, maestro tari yang juga pengajar di Institut Kesenian Jakarta. Sardono menyuruhnya kembali berlatih dan menitipkannya kepada penari terkemuka Elly Luthan. ”Kalau latihan, aku disebut penari titipan Mas Don,” ujar perempuan 44 tahun itu.
Kini dua kali seminggu ia berlatih menari sedikitnya selama empat jam. Lantaran ditangani penari kondang, gaya menarinya kini berubah. ”Dulu kalau menari kan menghafal. Sekarang pakai penghayatan,” katanya. Lalu kapan pentasnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo