Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendirikan trauma center. Ini yang pertama kali dikerjakan Seto Mulyadi ketika menyaksikan banyaknya korban bencana Situ Gintung. Rumah psikolog dan pemerhati anak ini, yang kebetulan berada di kawasan tersebut, memang turut diterjang air bah. Sebagian besar barang miliknya hancur. Tapi Kak Seto tak mau larut dalam sedih.
Ayah empat anak ini mendirikan tenda khusus sebagai pusat penanganan trauma bagi korban anak-anak. Luasnya 12 x 6 meter persegi. Terletak di samping gedung pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta, tenda ini menampung sedikitnya 112 anak. "Saya ingin menciptakan suasana yang menyenangkan untuk anak-anak," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak itu.
Di rumah, sembari menghibur anaknya yang juga mengalami trauma, Kak Seto mengumpulkan barang yang tersisa. Ia terkejut menyaksikan ratusan koleksi teko miliknya selamat dari amukan air. Teko-teko yang sudah ia simpan bertahun-tahun itu diletakkan di sebuah lemari. Ajaibnya, lemari itu tak rusak. "Bahkan jadi satu-satunya yang masih tegak di antara lemari lain yang sudah roboh dan terbuka," kata Kak Seto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo