NIAT ke Amerika maunya menjadi ahli kapal terbang, tetapi suksesnya menjadi penyanyi. Ini yang dialami Atis, 28 tahun, panggilan Andy Eric Manuhutu, yang sudah 17 tahun bermukim di Amerika tetapi tetap WNI. Remix album pertamanya digarap bersama produser ternama Paul Sabu, yang sudah mencetak belasan album platina untuk Madonna, Prince, dan David Bowie. Layaknya artis "sono", Atis punya manajer, dan karena sudah punya nama ia juga bebas memilih produser yang dia sukai. Awalnya ketika Sunnie Paxson, pemain keyboard Stanley Clark's Band, pentas di Los Angeles, Atis minta ia menyanyikan lagu Al Jerau. Tapi ditolak. Sebaliknya Paxson minta Atis menyanyikannya sendiri di pentas. Paxson ternyata suka. Atis pun ditawari training di rumah produksi Michael Sembello. Akhirnya, selama 2,5 tahun ia digembleng di sana. Ia, misalnya, olahraga naik turun gunung untuk melatih pernapasan, belajar mencipta lagu, sampai belajar berkomunikasi dengan penonton. Ia juga disuruh memanjangkan rambut karena, kata Sembello, lebih pantas. Alhasil, meski harus meninggalkan kuliahnya di Northrop University jurusan aerospace engineering, pintu dunia nyanyi agaknya telah terbuka. Musiknya, yang merupakan perpaduan unsur musik Barat-Timur, menjadi unik di kuping pencinta lagu Barat. Liriknya pun campuran Inggris-Indonesia. "Saya memang pencinta musik etnik," kata Atis kepada wartawati TEMPO Sri Pudyastuti. Di AS albumnya sudah terjual ratusan ribu. Di Indonesia, konon, sudah mencapai 50.000 dalam waktu kurang dari sebulan. Video clip-nya juga terpilih sebagai klip terbaik pada lomba pemilihan video musik Indonesia. Setelah memperkenalkan album pertamanya di Indonesia pekan lalu, ia kini bersiap-siap untuk album kedua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini