Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Bersajak

Bung tomo, 57, membaca sajak kritik di tim. suaranya lantang bersemangat mengingatkan zaman kemerdekaan, tampil penyair lain abdul hadi wm, sutardji cal-zoum bachri, taufiq ismail. (pt)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pu, Pu Garpu. Mungkinkah wartawan menipu? Sampai pembaca terbius bisu? Yang dhalim tidak disapu, 4 sal wartawan bemandi susu. *** BAIT di atas adalah salah satu bagian sajak yang kemudian populer dari Bung Tomo. Malam 2 Agustus itu ia mebacakan sajak-sajaknya Kepada Bangsaku (1946). Terali Sutera, dan KAMI (1966). Yang paling mendapat banyak sambutan adalah Kelompok Dinner-Set Saling Bertanya, tentang perilaku sebagian kaum wartawan kini. Setelah dua tiga bait, selalu muncul ulangan: "Petani-petani kecil cengkeh. Tertawa sinis terkekeh-kekeh. Pengisap-pengisap kretek, Ikut protes merengek-rengek." Selesai bait ini, bendera merah dari kertas yang ada di tangannya dinaikkannya ke atas dan seperti yang telah diminta, hadirin meneriakkan: "pungli, pung, pungli, pung." Sajak dinner-set ini dinyatakan ditujukan kepada Persatuan Wartawan Indonesia, yang beberapa waktu lalu menerima hadiah sumbangan perlengkapan alat-alat makan dari Ptobosutejo, adik seibu Presiden Suharto. Kata Bung Tomo: "Saya mual mendengar pidato sambutan Ketua PWI Harmoko ketika menerima hadiah tersebut. Berlebihan pidatonya -- hanya untuk dinner-set yang 7 juta rupiah". Harmoko beberapa hari kemudian bilang: "Lha wong dikasih kok Ya harus menyatakan terimakasih." Altar Teater Luwes Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) di Tanan Ismail Marzuki Jakarta, cukup meriah dan penuh semangat. Di sisi podium, ada sebuah meriam terbuat dari kertas, patah larasnya. Kemudian tulisan: Merdeka tapi bingung ..... Bendera merah putih cukup besar terpampang disisi lain. Bung Tomo malam itu mengenakan batik merah jambu. Biar umurnya kini sudah 57 tahun, suaranya masih lantang, mengingatkan orang pada singa corong radio yang membakar semangat kemerdekaan dulu. Kemudian muncul Ketua Dewan Keluarga Mahasiswa (DKM) Labes Widar yang naik pentas untuk menyematkan lencana Merah Putih dan lambang Garuda Pancasila ke dada Bung Tomo. Kata Labes Widar "Di Yogya beberapa waktu yang lalu, seorang mahasiswa ditangkap karena mengenakan Merah Putih ini. Saya ingin tahu, apakah Bung Tomo akan ditangkap juga." Setelah Bung Tomo, tampil antara lain penyair-penyair Abdul Hadi WM, Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, membacakan sajak-sajak. Antara lain: Kembalikan Indonesia Padaku, sajak 'Taufiq. Kaos bertuliskan judul sajak tersebut, cap bendera Merah Putih kecil dan Garuda Pancasila, habis terjual. Suasana memang santai dan kacau. Untung Tomo sendiri, ketika ditanya pendapatnya tentang anak-anak muda yang bersajak-sajak dengan nyindir dan tidak jarang jorok, herkata: "aripada mereka main tembak, kan lebih baik baca sajak. Kreatif."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus