Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bersemangat, tapi kesel

Kunjungan menlu as ke china memperbaiki hubungan diplomatik kedua negara. menjajagi masalah taiwan, melunakkan sikap peking sebagai realisasi komunike shanghai. (ln)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"CINA dan Amerika telah mencapai beberapa kemajuan ke arah normalisasi hubungan," demikian kata Cyrus Vance kepada para wartawan pada akhir kunjungannya selama empat hari ke Peking. Kunjungan empat harinya itu, dinilai oleh Vance sebagai "sangat utama, konstruktif dan berguna bagi Amerika." Pembicaraan lanjutan antara kedlJa negara disepakati untuk dilanjutkan dalam bulan-bulan mendatang. Huang Hua, rekannya dari RRC pada kesempatan yang sama mengatakan, "kedua negeri kami menghadapi persoalan dan punya pandangan yang sama." rapi, di samping itu, seolah mengingatkan Amerika, Hua mengatakan: "Kami percaya bahwa tuan Carter dan tuan Vance secara eksplisit telah menyatakan bahwa Komunike Shanghai merupakan prinsip pembimbing yang menggaris bawahi hubungan antara kedua negeri." Perkara Komunike Shanghai inilah yang memang jadi persoalan utama yang mendasari segala segi hubungan PekingWashington. Vance, sesuai dengan belum jelasnya sikap pemerintah Carter terhadap masalah Taiwan, menganggap tugas misinya adalah melakukan penjajagan dan kalau mungkin barangkali mencoba melunakkan sikap Peking. Sebaliknya tuan rumahnya kelihatannya mendesak terus agar sang tamu memperjelas sikapnya, terutama dalam merealisasikan Komunike Shanghai. Satu Negara Cina Komunike Shanghai yang ditanda-tangani oleh Nixon dan almarhum Chou En-lai pada bulan Pebruari 1972 punya pasal yang kurang lebih berbunyi: "RRC dan Amerika setuju bahwa hanya ada sau neg ara Cina dan kedua wilayah di pantai Selat Taiwan merupakan wilayah Cina." Dengan menandatangani persetujuan ini. Amerika secara tidak langsung mengakui tuntutan Cina bahwa "Taiwan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari daratan Cina." Buat RRC, seperti yang selalu disebar-luaskannya ke seluruh dunia, belum kembalinya Taiwan ke dalam lingkungan RRC merupaka bukti nyata turut campurnya Amerika dalam urusan domestik Cina. Cina tentu saja menolak dan menganggap syarat tersebut "tidak realistis". Ini pun berarti turut campur urusan dalam negeri RRC," karena Taiwan adalah wilayah RRC. Penolakan ini terlihat dalam pernyataan ketua delegasi Lembaga Politik Luar Negeri Cina Hao Teh-ching yang beberapa waktu yang lalu mengunjungi Washington. Hao Teeh-ching mengatakan: "Semua urusan politik ditentukan oleh keadaan pada waktu keputusan itu diambil. Karena persoalan Taiwan belum diselesaikan sangat sukar bagi kami untuk menentukan apa yang telah terjadi. Para ahli Cina di Washington punya pendapat berbeda-beda dalam mentafsirkan jawaban yang penuh teka-teki ini. Doak Barnett. Sinolog terkenal berpendapat bahwa apa yang dicari Peking sekarang adalah isyarat dari Amerika bahwa pada suatu saat ia aka menganut prinsip yang dimaui Cina. "Apabila Carter gagal memberi isyarat ini. Maka akan ada kemunduran dalam hubungan Amerika-Cina," kata Barnett. Sinolog ini percaya bahwa sekaranglah saatnya bagi Amerika untuk menarik pengakuan diplomatiknya terhadap Taiman walaupun hubungan dagang masih tetap dipelihara. Tapi sebagai imbalanya Peking harus menyatakan secara jelas bahwa ia tak akan melakukan kekerasan terhadap Taiwan tambah Barnett. sinolog yang banyak didengar pendapatnya oleh pemerintah Carter. Parris Chang, sinolog kelahiran Taiwan, berpendapat bahwa pengakuan diplomatik penuh saja yang bisa diberikan kepada Peking dan ditrik dari Taiwan. Tapi minta agar Washington menyokong Taiwan untuk memproklamirkan dirinya sebagai Republik Taiwan dan bukan Republik Cina lagi. Dan negara itu harus menarik diri dari pulau Quemoy dan Matsu. Usul Parris Chang ini dikenal sebagai "Formula Amerika." Baik Chang maupun Barnett berpendapat bahwa dewasa ini Cina secara militer belum siap untuk merebut Taiwan. Barnett lebih lanjut berkesimpulan bahwa tampaknya tak ada keinginan di pihak Cina untuk mengintegrasikan rakyat Taiwan dengan rakyat di daratan. Mereka sudah biasa dengan konsumerisme dan hidup secara "burjuis" menurut ukuran daratan. Dengan demikian bisa jadi racun bagi rakyat daratan yang lebih bersifat "proletar". Kesediaan Nixon mendatangani komunike Shanghai sekarang telah menempatkan pemerintah Carter dalam situasi yang serba salah. Di satu pihak ia ingin memperbanyak hubungannya dengan Peking sesuai dengan syarat yang diminta RRC, namun di pihak lain Amerika pun telah terlanjur terjerat dengan ikatan-ikatan yang dibuatnya di masa lalu dengan Taiwan sebagai sisa-sisa masa perang dingin. Yaitu: perjanjian pertahanan Amerika-Taiwan yang menjadikan negara besar itu sebagai pelindung eksistensi negeri pulau tersebut sebagai negara. Tak pelak lagi pembicaraan-pembicaraan Vance dengan pimpinan baru RRC hasil kongres PKC (lihat Denah Panji-Panjimu. Selamat Tinggal Mao) berjalan lancar dalam hal pandangan terhadap peningkatan kegiatan Uni Soviet yang makin membahayakan kedua negara, hubungan dagang, kerja-sama ekonomi, teknik serta kebudayaan untuk saling pengertian antara kedua bangsa. Pada hari kedua kunjungan Vance, tanggal 23 Agustus yang lalu, Ketua Hua secara terbuka mengemukakan tekadnya untuk terus melanjutkan hubungannya dengan Amerika Serikat. Hubungan itu, katanya, diadakan karena "adanya ancaman dari Uni Soviet." Dalam pernyataan kebijaksanaan luar negerinya yang terlengkap sejak menggantikan Mao, Hua mengingatkan para pendengarnya pada ajaran Lenin untuk selalu "mengambil keuntungan dari setiap mendapatkan sekutu, meski persekutuan tersebut bersifat sementara, tidak stabil dan tidak bisa dipercaya." Teng Hsiao-ping kemudian melakukan pertemuan tersendiri dcngan Vance. Dalam acara makan malam yang dipersembahkan Teng kepada tamunya, wakil perdana menteri yang baru saja direhabilitir itu mengangkat gelasnya sembari berkata: "Untuk normalisasi hubungan Cina dan Amerika. Meski acara makan malam dan bertukar pikiran Teng-Vance itu berlangsung selama dua jam. Hingga keberangkatan Vance tidak sedikit pun yang diketahui mengenai merasakan yang mereka bicarakan. "Kunjungan ini memang sifatnya penjajakan kata Hodding Carter, juru bicara Deplu Amerika menjelaskan kemudian. Para diplomat Amerika yang menyertai kunjungan lima hari Vance hanya mengutip Teng sebagai berkata: Pertemuan ini amat berguna . . . pandangan kami adalah bahwa normalisasi yang pernah harus segera direalisasikan." Bagi Vance, paling sedikit makanan dalam jamuan itu dianggapnya yang terenak selama kunjungannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus