Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Sakdiyah Ma'ruf, Detoksifikasi dengan Membaca

Komika Sakdiyah Ma'ruf membaca buku demi membersihkan pikiran dari "racun" media sosial. Menggemari novel Persepolis dari Iran.

26 Desember 2024 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sakdiyah Ma’ruf di kawasan Jakarta Selatan, 21 Desember 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Komika Sakdiyah Ma'ruf menganggap membaca buku adalah kebutuhan mentalnya untuk mengeluarkan racun pikiran.

  • Dia bisa mengosongkan agenda tiga hari demi membaca buku.

  • Buku favorit Sakdiyah adalah Persepolis dan Embroideries karya penulis Iran, Marjane Satrapi.

BAGI Sakdiyah Ma'ruf, membaca buku adalah metode detoksifikasi atau mengeluarkan "racun" yang menghinggapi pikirannya. Racun itu muncul sebagai ekses banjir informasi di media sosial. "Saya biasa menyiapkan waktu khusus tiga hari untuk membaca buku, tanpa membuka media sosial," katanya kepada Tempo, Sabtu, 21 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di antara ribuan buku koleksinya, komika 42 tahun ini menempatkan Persepolis dan Embroideries karya penulis Iran, Marjane Satrapi, sebagai buku favoritnya. Persepolis menceritakan kisah sang penulis yang hidup di masa Revolusi Iran, 1978-1979. Adapun Embroideries mengungkapkan isi kepala perempuan lewat sudut pandang nenek, bibi, dan teman-teman penulis. "Jangan salah, lho. Perempuan bisa saja terlihat manut di hadapan laki-laki, padahal di belakang menertawakan," ucap Sakdiyah.

Kedua buku bertema politik dan feminisme ini Sakdiyah anggap merefleksikan pengalaman pribadinya sebagai perempuan yang lahir dan besar di lingkungan yang konservatif, yaitu komunitas Arab di Pekalongan, Jawa Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjelang pergantian tahun, Sakdiyah berencana mengkhatamkan Timun Jelita, novel komedi baru karya Raditya Dika, rekannya sesama komika. "Kenapa pas untuk malam tahun baru? Karena tema buku itu adalah memulai kembali keberanian untuk mengejar passion yang lama terkubur, terlepas di mana pun posisi kita sekarang," ujar pendiri Rumah Bambu Fatimah, komunitas pembaca buku di tempat tinggalnya di Batang, Jawa Tengah, ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ecka Pramita

Ecka Pramita

Penulis gaya hidup di Cantika.com, media online di bawah Tempo Media Group.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus