"MUNGKIN saya termakan oleh janji sendiri," ujar Imron Rosadi,
setelah gagal melakukan angkatan snatch 120 kg dalam kejuaraan
angkat besi SEA Games di Balai Sidang 24 September Kegagalan itu
menyebabkan engsel lengan kirinya lepas.
Ayah 3 orang anak yang kini berusia 35 tahun itu mulai berlatih
di rumahnya, di Lampung, 1964--tanpa bergabung dengan klub
tertentu. Tahun 1966 mencoba mengikuti kejuaraan nasional dan
berhasil menggondol medali emas. "Waktu itu saya baru saja beli
sepatu baru," tuturnya. Dan 13 tahun lamanya dia menganggap
sepatu itu membawa rejeki dan kemenangan --sehingga "saya lalu
berjanji tidak akan ganti sepatu sebelum berhenti angka besi.
Dan sepatu itulah yang selalu saya pakai dalam mengikuti
kejuaraan apa pun."
Tapi karena "sepatu itu sudah jelek sekali, melebihi sepatu
tukang becak jeleknya, sudah robek-robek pula," maka dia pun
beli sepatu baru. "Habis saya malu," katanya lagi sambil
tertawa.
Jadi kecelakaan itu betul-betul karena dia beli sepatu baru?
"Ketika saya mengangkat barbel itu, sepatu itu tak kuat menahan
beban, sehingga goyah dan menggangu keseimbangan." Dalam
angkatan pertama dan kedua dia sudah merasa sepatunya
menghambat--tapi tak terpikir untuk segera menggantinya, sampai
dia melakukan angkatan ketiga--dan barbel itu menimpa sikunya.
Untung tidak patah itu siku--meski untuk itu dia harus menginap
sekitar seminggu di rumah sakit.
Lalu, apakah uang asuransi 11 juta yang disediakan bagi tiap
olahragawan/wartawan SEA Games yang cidera/cacad atau meninggal,
Imron terima? "Belum," katanya. "Tentang itu saya memang ada
mendengar. Tapi kurang hegitu jelas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini