BANYAK orang menyalami ketika Ibnu Sutowo, bersama isterinya, Ny
Zulaecha, masuk ruangan Golden Ball Room Hotel Hilton, 26
September lalu. Bukan karena LEPPENAS (Lembaga Penunjang
Pembangunan Nasional) yang diketuai Prof. Dr. Yusuf Ismail
merayakan ulang tahunnya yang kesatu malam itu. Tapi bekas
Dir-Ut Pertamina, yang termasuk salah satu undangan LEPPENAS,
tiga hari sebelumnya genap berusia 65 tahun.
"Saya tahu mengundang orang, tapi siapa yang datang welkom,"
kata Ibnu Sutowo. Suatu pesta kecil memang berlangsung di rumah
kediamannya di Jalan Tanjung 23 September. Dan yang hadir,
seperti kata Marah Junus bekas Kepala Humas Pertamina, cuma dari
kalangan dekat. Antara lain Direktur Umum Pertamina Soedarno
Martosewojo, Direktur Pemasaran Dalam Negeri Judo Sembono. Juga
Menteri Ristek Dr. B. Habibie, yang pernah menjabat Kepala
Divisi Tehnologi Maju Pertamina. Adalah Ibnu Sutowo yang dulu
mengajak pulang Habibie yang lama bermukim di Jerman Barat dan
memberinya tempat di Indonesia.
Ada hal menarik dari bekas raja minyak itu: biografinya, disusun
Mara Karma, diterbitkan PT Gunung Agung, rnenurut koran The
Indonesian Observer (mengutip sumber kantor berita Perancis
AFP) telah dilarang beredar.
Apa komentar Ibnu? "Saya juga mendengar, tapi saya tak punya
urusan dengan itu." Buku 300 halaman itu, dengan sampul Letjen
Ibnu Sutowo dalam seragam militer sebenarnya tak memuat hal yang
bisa dianggap konroversil. Juga tak ada kata pengantar atau
sambutan Ibnu sendiri. "Saya bahkan tak pernah membaca
naskahnya," katanya. Dan sampai akhir minggu lalu masih beredar
di pasaran.
Ibnu sendiri, mengenakan batik Madura berwarna merah bata,
tampak santai. Ia undangan yang pertama muncul dan juga pulang
paling akhir lalu meneruskan malamnya di Hilton bersama
isterinya.
Apa sudah boleh diwawancarai? "Untuk omong-omong boleh saja,
tapi untuk dimuat lebih baik tidak," katanya. Dia lebih suka
diam rupanya, meskipun tak berarti harus "diam di rumah".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini