Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Denada Tambunan

"Papa Menjemputku"

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU pulang belajar dari Australia, Oktober lalu, Denada Tambunan, 21 tahun, memutuskan angkat koper dari kediamannya di Apartemen Semanggi ke rumah ayahnya, Rio Tambunan, di Jakarta Selatan. Padahal, hubungan ayah dan anak kelimanya—dari dua perkawinan—ini sempat putus beberapa tahun. Hal ini menjadi saat paling mengharukan bagi penyanyi rap yang putri pasangan penyanyi Emilia Contessa dan Rio Tambunan ini. Denada kemudian mengisahkan kedatangan papanya itu kepada Arif Kuswardono dari TEMPO.

"Papa apaan?" pikirku waktu satpam apartemen menelepon pagi-pagi dan mengatakan papanya datang. Waktu aku lihat di monitor TV, memang bener papaku. Aku enggak tahu mau bilang apa. Sampai satpamnya nelepon lagi, aku tersadar, "Iya, Pak. Suruh masuk. Itu papa saya!"

Aku kelimpungan, bingung, takut bajuku salah, belum mandi. Udah pasrah. Beneran papa masuk. Sekian menit pertama, aku masih lihat-lihatan sama dia. Bingung mau ngomong apa. Papa ngomong, Dena diam saja. Papa ngajak Dena tinggal sama papa, aku diam saja.

Dari dulu aku selalu bentrok sama papa. Terakhir, aku keluar dari rumah papa—dan tinggal dengan mama—waktu SMA, lima tahun lalu, karena diusir. Aku pengen nyanyi dan tetep sekolah, sementara papa punya pandangan, penyanyi yang sukses pasti sekolahnya ancur. Atau sebaliknya. Nah, bagi papa, sekolah yang utama.

Tapi, ikatan tali batin antara bapak dan anak tidak bisa putus. Saya merasa berbunga-bunga waktu melihat dia. Saya merasa satu sosok yang sudah hilang dari diri saya setelah sekian tahun. Dengan datang ke apartemen saya, itu menunjukkan perubahan yang besar dalam diri papa. Makanya, saya tidak ba-bi-bu lagi waktu dia mengajak saya tinggal di rumahnya. Mama nangis pas dengar kabar ini. Dia bilang, "Ini satu-satunya berita terbaik yang pernah mama dengar di hidup mama."

Saat ini aku yakin papa akan support aku all the way. Dulu, mana boleh aku pakai jam jengkol. Sekarang, pakai kemben segini (dia menunjuk dadanya), paling dia hanya "ck..ck..ck", lalu diam saja. Papa tahu bahwa sebagian besar waktuku dan proses pendewasaanku di luar kontrol papa. Jadi, kalau tiba-tiba ada yang tidak sreg di antara kita, kita janji akan ngomong. Kita akan selesaikan itu dengan cara sebagaimana harusnya seorang anak dan bapak menyelesaikan persoalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus