Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dira Sati: Di Balik ‘Taragak Pulang’ Mengangkat Perempuan di Pasar Tenaga Kerja Pembawa Suara dari Utara Mengenal Pemenang Nobel Perdamaian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

CHAIRIL ANWAR

Berita Tempo Plus

Dia Mau Hidup Seribu Tahun lagi

Pelopor puisi modern Indonesia yang terkapar.

9 Januari 2000 | 00.00 WIB

Bagikan

Dia Mau Hidup Seribu Tahun lagi

Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Image of Tempo

Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini

Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
Akses penuh seluruh artikel Tempo+
Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
Fitur baca cepat di edisi Mingguan
Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo

Lihat Benefit Lainnya

Edisi 9 Januari 2000

Mingguan Edisi 2000-01-09

Mingguan Edisi 2000-01-09

Mingguan Edisi 2000-01-09

Mingguan Edisi 2000-01-09

Pahlawan Bersimbah Keringat Pada Bentangan Kanvas carbon:arrow-rightDia Mau Hidup Seribu Tahun lagi Para Penganyam Kata Dan Hidup pun Berjalan Terus

slot-iklan-728x90

PODCAST REKOMENDASI TEMPO

Podcast Terkait
Podcast Terbaru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Artikel Terbaru

Mengangkat Perempuan di Pasar Tenaga Kerja

Dira Sati: Di Balik ‘Taragak Pulang’

Pembawa Suara dari Utara

Mengenal Pemenang Nobel Perdamaian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Artikel Trending

Sal Priadi, Gila Board Game

Iko Uwais, Pelihara 40 Kucing

Nessie Judge, Kenangan Dunia di Sudut Rumah

Garin Nugroho dan Sembilan Cangkir Kopi Sehari

Luna Maya, Donasi Sekolah di Sumba

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Dira Sati: Di Balik ‘Taragak Pulang’

Mengangkat Perempuan di Pasar Tenaga Kerja

Pembawa Suara dari Utara

Mengenal Pemenang Nobel Perdamaian

Lihat Indeks Artikel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971

Unduh aplikasi Tempo

Ikuti Media Sosial KamiMedia Sosial

© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum

Beranda Harian Mingguan Tempo Plus