"SUDAH mainnya jelek, tidak disiplin lagi. Awas, kalau disutradarai suami mainnya lebih jelek daripada disutradarai orang lain," inilah ancaman Ray Sahetapy untuk Dewi Yull. Sang istri tak bisa bersikap lain kecuali berlatih dan bermain lebih bagus. Padahal, "Sutradara lain lebih toleran, nggak marah-marah seperti dia," ini kata Dewi Yull. Suami-istri sesama artis film-dua-duanya sedang di puncak kelarisan - pekan lalu terlibat dalam dunia panggung, mementaskan drama Bung Besar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ray sebagai sutradara meminta istrinya memerankan tokoh utama, seorang perempuan ambisius, istri Si Bung Besar. Dewi menikmati betul perannya, karena di pentas inilah ia menjadi perempuan yang bisa menguasai orang lain. "Ini nikmatnya dunia panggung, bisa pinjam karakter orang. Kadang-kadang kita 'kan ingin jadi orang lain," ujarnya. Dewi bukan orang teater dan karenanya belum banyak disiksa latihan-latihan keras. Sementara itu, Ray adalah bekas mahasiswa teater IKJ yang mengenal betul bagaimana kehidupan teater. Lagi pula, bagi Dewi, ini baru drama panggungnya yang ketiga, sementara Ray memilih Dewi juga untuk suatu eksperimen. "Kalau sudah bisa memimpin istri sendiri, artinya lebih gampang lagi mengurus orang lain," ujar Ray. Secara bergurau aktor yang tampan ini berkata, banyak suami yang gagal menyutradarai istrinya karena tak tahan melihat istrinya merengek-rengek. Dan Ray kini bisa berkata, "Eh, saya tahan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini