Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DISKUSI pemilihan kepala daerah antara pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan redaksi Tempo di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, Jumat dua pekan lalu, sejenak terhenti. Semua peserta melihat ke seberang ruangan, tempat Djarot Saiful Hidayat, 55 tahun, melenggang sendirian sebelum menyusul bergabung. "Saya ditinggal sopir," ujar Djarot, tertawa.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan itu baru dikabari Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto soal diskusi tersebut beberapa jam sebelumnya. Saat itu, sopir pribadi Djarot telah berangkat ke rumah sakit mengantar istri dan tiga putrinya menjalani imunisasi difteri.
Atas rekomendasi asisten rumah tangganya, Djarot menumpang taksi online. Pemesanan pun dibantu sang asisten karena Wali Kota Blitar periode 2000-2010 itu tidak memiliki aplikasi taksi online di telepon pintarnya.
Pengemudi taksi online, kata Djarot, senang bukan kepalang melihat mantan Gubernur DKI Jakarta itu duduk di bangku belakangnya. Si sopir mengaku sebagai pemilih Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun lalu. Banderol Rp 38 ribu dari rumahnya di Kemang, Jakarta Selatan, ke Palmerah, Djarot tebus Rp 100 ribu. "Dia tambah senang," ucap bakal calon Gubernur Sumatera Utara itu.
Saat rekan-rekan partainya bubar dari pertemuan berombongan, Djarot kembali sendirian. Ia menunaikan salat Jumat di Masjid Al-Hikmah di lingkungan kantor Kepolisian Sektor Palmerah. Waktu itu banyak anggota jemaah menyalaminya. Lalu Djarot pulang sendirian. "Tidak perlu pendamping. Kan, ada warga," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo