ADA saat film nasional lesu darah, Menteri Dalam Negeri Rudini menyodorkan tonikum, tapi belum tentu menyegarkan. Ia mengimbau para gubernur agar menyisihkan anggaran pembangunan daerah untuk memproduksi satu film cerita dalam satu tahun. Kalau itu jalan, "berarti setiap tahun daerah-daerah akan memproduksi 27 film cerita," kata Rudini. Bisa jadi, festival film akan ramai, apalagi kalau tiap film dari daerah itu membawa kontingen lengkap. Ide itu, kata Rudini, bukannya mengada-ada. Sebab, katanya, rakyat Indonesia, terutama di daerah dan di pedalaman sangat haus hiburan. "Sebagai bukti, saya sering melihat kerumunan atau jalan macet karena ada layar tancap," katanya. Sampai-sampai kedatangan pejabat di daerah juga dianggap hiburan. Rudini menyebut dirinya sebagai contoh. "Masyarakat datang melihat saya hanya untuk heran, kok ada orang yang badannya kecil bisa jadi menteri." Rudini mengatakan ini ketika memberi sambutan pada pertemuan lima organisasi perfilman di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis pekan lalu. Berbaur dengan para artis, Rudini memang bisa kocak. "Saya datang ke sini bukan untuk jadi bintang film. Juga bukan untuk jadi sutradara. Kalau makan burung dara, boleh," katanya. Sayangnya, setelah tumpeng dipotong Menteri Penerangan Harmoko, tak ada burung dara yang disembelih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini